Penyebab Muntah pada Anak dan Cara Mengatasinya

Morinaga Platinum ♦ 8 Juli 2021

Penyebab Muntah pada Anak dan Cara Mengatasinya

Saat anak mengalami muntah, langkah pertama yang bisa Bunda lakukan adalah mengidentifikasi penyebabnya. Dengan begitu, Bunda dapat mengatasi faktor yang menyebabkan anak muntah. Jangan sampai muntahan tersebut membuatnya tersedak atau bahkan mengganggu jalan nafasnya.

Simak penjelasan terkait penyebab muntah pada anak dan cara mengatasinya berikut ini.

Penyebab Anak Muntah

Penyebab muntah bagi Si Kecil memang beragam. Berikut ini adalah beberapa penyebab umum terjadinya muntah pada anak:

1. Keracunan Makanan

Tak hanya orang dewasa, anak kecil juga sangat mungkin mengalami keracunan makanan. Apalagi dengan kondisi tubuh yang belum sekuat orang dewasa, anak maupun bayi lebih rentan mengalami keracunan makanan.

Salah satu penyebab keracunan makanan yang paling umum terjadi adalah akibat infeksi dari terkontaminasinya makanan oleh bakteri. Si Kecil dapat mengalami keracunan ini ketika mengonsumsi beberapa jenis makanan, seperti daging, makanan laut atau seafood, hingga telur yang pengolahannya tidak higienis, tidak dimasak hingga matang, atau tidak disimpan dengan benar.

Tentunya, Bunda perlu mengolah makanan dengan tepat, misalnya dengan memisahkan pisau atau wadah yang tidak tercampur ketika tengah memasak daging mentah dan sayur. Hal tersebut dapat mengurangi risiko kontaminasi silang atau cross contamination yang kerap menjadi penyebab perpindahan bakteri sehingga mengakibatkan keracunan. Cari tahu lebih lanjut tentang keracunan makanan dan cara mengatasinya dengan membaca artikel ini, yuk: Cara Mengatasi Keracunan Makanan pada Anak

2. Alergi Makanan Tertentu

Penyebab muntah pada anak lainnya adalah adanya alergi terhadap makanan tertentu. Beberapa bayi maupun anak kecil dapat dimungkinkan memiliki alergi terhadap kacang-kacangan, ikan, kerang, udang, telur, susu sapi, gandum, atau kedelai.

Gejala alergi makanan dapat disertai dengan bengkak pada bibir, gatal-gatal, atau kesulitan bernapas. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menyadari adanya alergi ini dengan deteksi dini maupun pemeriksaan medis di klinik atau rumah sakit.

Kadang-kadang, pada anak-anak yang alergi terhadap susu sapi, mereka tidak hanya muntah, tetapi juga mengeluarkan darah pada tinjanya. Yuk, lihat ciri-ciri anak yang tidak cocok susu formula di sini: Tanda Anak Tidak Cocok Minum Susu Formula

3. Gastroenteritis atau Flu Perut

Apakah Bunda pernah mendengar istilah gastroenteritis? Gastroenteritis adalah penyakit flu perut yang kerap kali terjadi akibat infeksi virus atau bakteri yang menyerang pada sistem pencernaan.

Gejala flu perut dapat dirasakan mulai dari 12 hingga 48 jam setelah anak terinfeksi. Selain muntah, gejala tanda anak mengalami gastroenteritis, yakni terjadinya diare, mual, dan kram perut. Kondisi ini umumnya memang tidak berlangsung lama. Namun, Bunda perlu segera menyadari dan mengatasinya agar sakit yang diderita oleh Si Kecil tidak menjadi lebih parah.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyebab, gejala, pencegahan dan pengobatan gastroenteritis atau flu perut, baca artikel berikut yuk: Penyebab dan Gejala Flu Perut pada Si Kecil

4. Radang Usus Buntu

Muntah pada anak juga dapat disebabkan oleh radang usus buntu atau apendisitis. Pada umumnya, radang usus buntu tersebut menyebabkan gejala sakit perut pada anak yang disertai muntah, demam, dan nyeri perut ulu hati.

Ketika Si Kecil mengalami gejala tersebut, Bunda pun perlu waspada karena rasa sakit yang disebabkan biasanya akan bertambah parah dan dapat berpindah ke perut bagian kanan bawah. Radang usus buntu tergolong ke dalam kondisi penyakit darurat dan memerlukan perawatan medis.

5. Stres atau Rasa Cemas

Layaknya orang dewasa, anak juga dapat mengalami stres atau serangan rasa cemas. Hal tersebut dapat pula menjadi salah satu penyebab anak tiba-tiba muntah pada tengah malam.

Rasa gelisah dapat menjadi penyebab awal kerja lambung meningkat dan menyebabkan naiknya asam lambung. Akibatnya, ketika mual akibat asam lambung menyerang, Si Kecil juga dapat mengalami muntah-muntah.

6. Infeksi Penyakit Kronis Lainnya

Selain kondisi-kondisi yang disebutkan di atas, muntah pada anak juga dapat terjadi akibat penyakit-penyakit lain, seperti infeksi telinga, pneumonia, migrain atau sakit kepala sebelah, hingga meningitis atau radang selaput otak.

Oleh karena itu, jika muntah pada anak terjadi terus-menerus dan berkepanjangan, segera bawa Si Kecil ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan lanjutan oleh dokter sedini mungkin.

Cara Mengatasi Muntah pada Anak di Rumah

Setelah mengetahui berbagai penyebab dan tanda-tanda tadi, Bunda dapat memberikan pertolongan pertama anak muntah terus menerus agar rasa mual yang dialami Si Kecil bisa mereda sebelum merasa perlu dibawa ke rumah sakit. Solusi muntah pada anak dapat Bunda pelajari melalui buku, PDF, konsultasi ke dokter, dan lainnya. Lalu, bagaimanakah cara mengatasi muntah pada Si Kecil di rumah versi Morinaga? Berikut ini adalah panduannya.

1. Istirahatkan Perut Si Kecil untuk Sementara Waktu

Untuk sementara waktu, jauhkan Si Kecil dari makan atau minum selama 30 hingga 60 menit setelah muntah.

Pasalnya, Si Kecil dapat saja mengalami begah akibat kondisi perut yang kembung disertai muntah pada anak. Dengan memberi jeda makan atau minum, perut anak akan memiliki kesempatan untuk dapat segera pulih.

Selain itu, Bunda bisa baca artikel berjudul Cara Mengatasi Perut Kembung Pada Anak untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap.

2. Ganti Cairan Tubuh

Dehidrasi dapat menjadi masalah saat anak muntah. Salah satu pertolongan pertama pada anak yang muntah terus adalah dengan mengganti cairan tubuhnya yang terbuang. Bunda dapat mengganti cairan setelah muntah mereda selama 30 hingga 60 menit.

Beberapa cara yang tepat untuk memberikan asupan air kepada anak yang baru saja muntah adalah, sebagai berikut: 

  • Jangan paksa anak untuk  langsung minum apabila Si Kecil masih merasa mual dan tidak enak badan. Pastikan Bunda untuk menunggu hingga Si Kecil merasa cukup mampu untuk minum.
  • Jangan membangunkan Si Kecil untuk minum ketika ia tengah tertidur.
  • Mulailah beri cairan secara bertahap setiap 5 hingga 10 menit. Gunakan satu sendok teh sebagai pengganti gelas untuk memberikan asupan air sedikit demi sedikit.
  • Gunakan air atau cairan bening yang tidak berkarbonasi lainnya. Untuk anak bayi yang masih menyusui, ASI juga dapat diberikan.
  • Jika anak kembali muntah, tunggu setidaknya 30 menit lagi. Kemudian, mulai lagi pemberian cairan secara bertahap dengan jumlah yang sangat sedikit setiap 5 hingga 10 menit.
  • Apabila Si Kecil mengalami kesulitan menelan cairan, berikan minuman padat, seperti es loli tanpa potongan buah.
  • Beri larutan rehidrasi oral apabila Si Kecil mengalami dehidrasi akibat muntah berulang. Larutan rehidrasi ini dapat dibeli di swalayan atau apotek terdekat. Pastikan Bunda menghindari minuman olahraga isotonik tertentu yang mengandung terlalu banyak gula.

3. Membiarkan Anak Muntah Sampai Selesai

Jika Si Kecil merasa mual, biarkan ia untuk muntah. Jangan mencegah atau memaksanya untuk menahan rasa ingin muntah karena hal tersebut dapat menyebabkan perut Si Kecil jadi terasa tak nyaman.

Saat Si Kecil muntah, beri bantuan padanya untuk menundukkan kepalanya atau memiringkan kepala agar cairan muntah tidak masuk ke dalam saluran pernapasan. Sebab, hal tersebut dapat menyebabkan anak tersedak dan dapat mengancam nyawa Si Kecil.

4. Tenangkan Si Kecil dan Beri Pijatan Lembut

Bunda dapat membantu Si Kecil untuk tetap tenang agar fokusnya teralih dari ketidaknyamanan yang ia rasakan. Cara tersebut juga dapat dilakukan untuk mengatasi anak muntah karena masuk angin. Berikan ia pijatan lembut agar Si Kecil merasa lebih nyaman saat mual-mual.

5. Posisikan Si Kecil untuk Tetap Tegak

Jaga posisi Si Kecil agar tetap tegak. Beri sandaran jika ia terlalu lemas untuk duduk. Pastikan agar ia tidak berbaring tengkurap atau terlalu miring agar Si Kecil tidak menghirup muntahan yang menyebabkan masuk pada saluran pernapasan dan paru-paru.

6. Berikan Makanan Padat, tapi Tetap Lembut

Dengan muntah pada anak yang terus terjadi, Si Kecil sangat mungkin merasa lapar dan meminta makanan meski nafsu makannya rendah.

Cobalah berikan makanan padat yang tetap lembut untuk anak muntah. Pastikan kalori yang masuk tetap cukup, seperti  dengan memberinya biskuit, sereal, nasi yang tidak keras, atau mi.

Hindari makanan yang sulit dicerna, berminyak, berlemak, atau pedas selama beberapa hari masa pemulihan hingga anak benar-benar sembuh.

7. Beri Obat Alami

Untuk mengobati muntah pada anak, jangan terburu-buru membawanya ke dokter kalau tidak ada gejala yang parah. Pilihan obat alami yang dapat Bunda berikan kepada Si Kecil untuk mengatasi muntah adalah dengan memberikannya madu, teh, atau air jahe yang hangat.

Berapa Lama Muntah pada Anak?

Dilansir dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala muntah pada anak umumnya akan berhenti dalam 6-24 jam. Anak akan mulai merasa lebih baik dan muntah akan berhenti setelahnya. Namun, durasi dan frekuensi muntah pada anak dapat bervariasi tergantung pada penyebab muntah dan kondisi kesehatan anak. 

Muntah yang disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan ringan seperti gastroenteritis mungkin dapat mereda hanya dalam beberapa jam. Sementara itu, muntah yang disebabkan oleh alergi makanan atau keracunan makanan bisa berlangsung lebih lama, tergantung pada makanan yang memicu alergi dan tingkat keparahannya.

Perawatan yang diberikan kepada anak, seperti pemberian obat atau rehidrasi yang adekuat dapat membantu mempercepat pemulihan dan mengurangi durasi muntah. Hindari juga makanan, minuman, atau hal-hal yang memicu gejalah muntah agar kondisi anak segera membaik. 

Tanda-Tanda Muntah pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Selain berbagai penyebab yang telah dibahas sebelumnya, ada pula tanda-tanda muntah pada Si Kecil yang wajib diwaspadai oleh Bunda. Pasalnya, tanda-tanda muntah berikut ini dapat menjadi gejala adanya penyakit berbahaya yang perlu mendapatkan penanganan secepat mungkin.

1. Terdapat Darah pada Muntahan Anak

Sebenarnya, jika terdapat sedikit darah pada muntahan Si Kecil, Bunda tidak perlu langsung khawatir. Pasalnya, dapat saja darah tersebut disebabkan oleh adanya sedikit infeksi atau radang pada saluran pencernaannya.

Namun, jika muntah darah semakin banyak atau darah tersebut mulai berwarna gelap kehitaman, Bunda harus langsung membawa anak ke IGD rumah sakit agar bisa mendapatkan penanganan secepat mungkin.

2. Muntah terjadi Terus-menerus

Orangtua wajib memperhatikan kondisi apabila anak terus memuntahkan makanan atau minuman apapun yang ditelannya. Sebab, dengan muntah yang tidak kunjung berhenti, tubuh anak dapat kehilangan banyak cairan dan nutrisi yang dibutuhkan.

Pada kondisi tersebut, anak dapat mengalami dehidrasi sehingga membutuhkan pertolongan medis untuk mencegah penurunan kondisi kesehatan secara drastis hingga mengalami komplikasi yang lebih serius.

Beberapa tanda gejala anak mengalami dehidrasi yang dapat dideteksi adalah berkurangnya frekuensi buang air kecil, bibir dan mulut yang kering, lemah dan lesu, urine berubah warna menjadi kuning pekat, mata cekung, kedinginan, serta terlihat mengantuk terus-menerus akibat kelelahan.

3. Muntah Disertai Sakit Perut Hebat

Kondisi muntah pada anak yang juga wajib diwaspadai oleh Bunda adalah ketika Si Kecil mengalami muntah disertai dengan sakit perut yang hebat. Kondisi ini umumnya merupakan gejala usus buntu, terutama apabila sakit perut tersebut terjadi di sebelah kanan.

Perhatikan juga apabila anak mulai mengalami lemas dan timbul tanda penyakit kuning. Sakit kuning biasanya memunculkan gejala sakit perut sebelah kanan atas yang bisa jadi merupakan tanda-tanda terserang penyakit hepatitis. Segera konsultasikan ke dokter apabila hal ini terjadi pada anak Bunda.

4. Tanda Lainnya yang Perlu Diwaspadai

Kapan waktu yang tepat untuk membawanya ke dokter saat anak muntah? Berikut ini adalah gejala lain yang wajib diwaspadai untuk segera menghubungi dokter:

  • Demam tinggi
  • Frekuensi muntah terjadi beberapa kali dalam satu jam selama beberapa jam
  • Muntahan berwarna kehijauan yang menjadi tanda adanya kandungan empedu
  • Muntah yang tidak terkontrol, tapi tanpa menghasilkan muntah sama sekali
  • Muntah setelah minum obat resep
  • Muntah yang sangat kuat (muntah proyektil)
  • Diare berdarah
  • Tidak ada urine selama 6 hingga 8 jam atau urine berwarna sangat gelap
  • Si Kecil menolak konsumsi cairan selama 6 sampai 8 jam

Itulah berbagai penyebab, cara mengatasi hingga tanda-tanda muntah yang perlu diwaspadai. Secara umum, muntah pada anak tidak tergolong berbahaya.

Namun, lagi-lagi, segeralah memeriksakan Si Kecil ke dokter jika anak mengalami muntah terus-menerus selama lebih dari 24 jam atau juga mengalami tanda bahaya yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian, penanganan yang diberikan sesegera mungkin dapat pula mencegah dehidrasi hingga komplikasi penyakit lainnya yang bisa saja terjadi.

Kalau Si Kecil muntah dikarenakan diare, kenali cara mengatasi diare yang disertai muntah untuk mempercepat proses pemulihan. Baca disini, yuk: Cara Mengatasi Diare pada Anak secara Alami di Rumah