Artikel Terbaru Artikel Terbaru

Jadwal Imunisasi Bayi Lengkap Anjuran IDAI Terbaru

Morinaga Platinum ♦ 2 Februari 2023

 Jadwal Imunisasi Bayi Lengkap Anjuran IDAI Terbaru

Imunisasi bayi adalah serangkaian vaksin yang diberikan pada masa awal kehidupan untuk melindungi bayi terhadap risiko penyakit serius seperti hepatitis B, polio, difteri, pertussis, tetanus, dan lainnya. Pemberian vaksin dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). 

Jangan lewatkan kunjungan rutin untuk memastikan bayi mendapatkan vaksinasi tepat waktu dan perlindungan optimal terhadap penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi. Catat ya jadwal imunisasi bayi berdasarkan jenis-jenisnya berikut ini!

Jadwal Imunisasi Anak Rekomendasi IDAI

Apakah Bunda sudah tahu jika ada perubahan terkait jadwal vaksinasi Si Kecil saat ini? Setelah dikaji secara periodik, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2023 membuat beberapa perubahan jadwalnya sebagai berikut.

jadwal imunisasi

Pada tabel tersebut, Bunda perlu memperhatikan warna pada tabel. Warna biru menandakan waktu utama, warna kuning menunjukkan waktu yang masih diperbolehkan, warna hijau menandakan jadwal penguat atau booster, sementara warna orange menunjukkan jadwal vaksinasi khusus untuk anak dengan risiko tinggi.

Jadwal Imunisasi Bayi Usia 0-8 Bulan

Pada usia 0-9 bulan, ada beberapa daftar yang termasuk vaksinasi dasar lengkap untuk Si Kecil, yaitu: BCG, Hepatitis B, Polio, Hib, DPT, MR. Berikut adalah ulasan lengkapnya.

Hepatitis B

Hepatitis B Sebaiknya diberikan segera setelah Si Kecil lahir dan sebelum berumur 24 jam. Hal ini dapat menurunkan risiko infeksi sebanyak 3,5 kali pada Si Kecil

Hepatitis B diberikan sebanyak empat kali sebelum bayi berusia 6 bulan. Selain dosis pertama yang diberikan dalam 24 jam kelahiran, vaksin ini kembali diberikan saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Polio

Polio juga sebaiknya segera diberikan setelah Si Kecil lahir ya Bun. Biasanya apabila Bunda melahirkan di fasilitas kesehatan akan diberikan pada saat Si Kecil pulang atau pada kunjungan pertama. Pembagian vaksin dapat secara Oral Poliovirus Vaccine (OPV) dan suntikan Inactive Poliovirus Vaccine (IPV). 

Vaksin polio OPV pertama diberikan pada bayi yang baru lahir hingga berusia 1 bulan. Kemudian dilanjutkan saat berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Si Kecil dapat diberikan OPV atau IPV bersamaan dengan pemberian DPT. Selain itu, IPV minimal diberikan sebanyak 2 kali sebelum Si Kecil berumur 1 tahun.

Bacillus Calmette Guerine (BCG)

BCG berfungsi untuk  mencegah Si Kecil terkena penyakit tuberkulosis atau TBC, dan sebaiknya diberikan segera setelah Si Kecil lahir atau sesegera mungkin sebelum ia berumur 1 bulan. BCG pada Si Kecil yang baru lahir dapat memberikan proteksi sebanyak 82% terhadap tuberkulosis paru dan juga dapat menurunkan hingga 90% pada tuberkulosis berat.

Bunda perlu mengetahui gejala TB paru atau flek paru-paru agar memahami betapa pentingnya imunisasi BCG. Baca di sini: Gejala dan Cara Mengobati Flek Paru-paru pada Anak.

Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP)

DTP bertujuan untuk mencegah terjadinya tiga penyakit sekaligus dalam satu suntikan, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Jadwal pemberian DTP dilakukan sebanyak tiga kali. Pemberian pertama dilakukan ketika Si Kecil berusia dua bulan dengan  jeda satu bulan, sehingga pemberiannya saat Si Kecil berusia 2, 3, dan 4 bulan. Jadwal booster DTP terbaru dapat dilakukan ketika Si Kecil berusia 18 bulan, kemudian pada usia 5 sampai 7 tahun.

Hib

DTP-Hib adalah kombinasi untuk mencegah 6 penyakit berbahaya, yaitu: difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang diberikan saat Si Kecil berusia 2, 3, dan 4 bulan.

PCV

PCV berfungsi untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae yang dapat menyebabkan  radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia). Jadwalnya dimulai sejak Si Kecil berusia 2 bulan dan diberikan 4 kali dengan interval 4-8 minggu, yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan, dan antara 12-15 bulan. Nah, bagaimana cara pemberian vaksinnya? Mari simak penjelasannya di sini, Bunda: Apa Itu Imunisasi PCV, dan untuk Apa Diberikan?

Rotavirus

Rotavirus bertujuan untuk mencegah Si Kecil dari penyakit akibat peradangan pada saluran pencernaan seperti diare. Dosis pertama vaksin RV monovalen (RV1) diberikan saat Si Kecil berusia 6-12 minggu, dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu, paling lambat usia 24 minggu.

Vaksin RV pentavalen (RV5) diberikan dalam 3 dosis, dosis pertama pada usia 6-12 minggu, dengan interval antar dosis 4-10 minggu. Dosis ketiga paling lambat usia 32 minggu. 

Influenza

Influenza dapat dilakukan pada Si Kecil sejak usia 6 bulan loh, Bun. Hal ini disebabkan karena adanya risiko tinggi kejadian influenza berat pada Si Kecil yang berusia 6-23 bulan. 

Untuk suntikan pertama yang diberikan pada usia 6 bulan hingga 8 tahun, berikan 2 dosis vaksin yang terdiri dari antigen yang sama dengan interval 4 minggu. Untuk usia 9 tahun ke atas, cukup diberikan satu kali. 

Kemudian pengulangan setiap tahunnya dalam bulan yang sama sebanyak satu kali.

Jadwal Imunisasi Bayi Usia 9-24 Bulan

Setelah Si Kecil berusia 9 bulan, jenis dan jadwal vaksinasi tidak sebanyak sebelumnya. Tapi Bunda jangan sampai lupa ya. Berikut daftarnya, Bun.

MR

Pada jadwal imunisasi 2023, Vaksin MR disuntikkan pada Si Kecil mulai umur 9 bulan, dosis kedua umur 15-18 bulan, dengan dosis ketiga umur 5-7 tahun. Bila sampai usia 12 bulan Si Kecil belum mendapat MR, maka ia dapat diberikan vaksin MMR mulai usia 12–15 bulan, dosis kedua 5–7 tahun. 

Adapun vaksin MMRV diberikan pada usia 2 tahun atau lebih untuk mengurangi risiko kejang demam.

JE

Penyakit Japanese Encephalitis (JE) disebabkan oleh gigitan nyamuk yang mempunyai gejala yang tidak spesifik dan menyerupai flu. Vaksin ini sebaiknya dilakukan jika Bunda tinggal  pada daerah endemis atau yang hendak melakukan kunjungan ke daerah endemis seperti Bali dan Yogyakarta. Pemberiannya dapat dilakukan saat Si Kecil berusia 9 bulan.

Vaksin JE ini dapat diberikan kembali 1-2 tahun kemudian untuk perlindungan jangka panjang.

Varisela

Varisela bermanfaat untuk mencegah Si Kecil dari cacar air dan dapat diberikan mulai dari usia 12-18 bulan. Si Kecil yang berusia 1 - 12 tahun dapat diberikan 2 dosis dengan jarak pemberian 6 minggu hingga 3 bulan. Pemberian sebanyak 2 dosis ini dapat mencegah terjadinya kasus varisela hingga 92%.

Untuk Si Kecil berusia 13 tahun atau lebih, interval pemberian vaksin yaitu 4 sampai 6 minggu.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, jika vaksin ini dapat mencegah cacar air. Lantas, bagaimana kalau Si Kecil terlanjur mengalami masalah ini? Tenang ya Bun, ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk mengobati masalah ini. Untuk mendapatkan penjelasan lengkapnya, yuk baca artikel ini: Gejala Cacar Air Pada Anak dan Cara Mencegahnya.

Hepatitis A

Vaksin ini berfungsi untuk mencegah Si Kecil dari penyakit Hepatitis A. Pada jadwal imunisasi 2020, Hepatitis A dapat diberikan sejak Si Kecil berusia 1 tahun dan dilanjutkan dosis ke-2  dengan jarak 6 hingga 18 bulan kemudian.

Jadwal Imunisasi Usia 2-18 Tahun

Vaksinasi pada Si Kecil berusia diatas 2 tahun memang tidak diwajibkan pemerintah. Namun, Bunda tetap perlu memberikannya agar Si Kecil dapat memperoleh proteksi maksimal dari paparan penyakit berbahaya. Berikut daftarnya:

Tifoid

Tifoid berfungsi untuk mencegah Si Kecil dari infeksi bakteri Salmonella typhii yang menjadi penyebab penyakit tipes. Pemberiannya dapat dilakukan pada Si Kecil yang sudah berusia 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun sekali

Human Papillomavirus (HPV)

HPV dapat mencegah Si Kecil dari risiko penyakit kanker, seperti kanker leher rahim, vulva, vagina, dan penis.  Jadwalnya dapat diberikan pada Si Kecil berusia 9-14 tahun sebanyak 2 kali dengan jarak 6-15 bulan.

Vaksin ini juga bisa diberikan pada saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) dengan dosis pertama di kelas 5 SD dan dosis kedua di kelas 6 SD.

Dengue

Dengue berfungsi untuk mencegah infeksi demam berdarah yang dapat diberikan saat Si Kecil berusia 9 hingga 16 tahun sebanyak 3 dosis dengan interval masing-masing 6 bulan. 

Apakah Imunisasi Harus di Tanggal yang Sama?

Idealnya, imunisasi harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan atau dokter anak. Jadwal imunisasi ini biasanya mencakup serangkaian vaksin yang diberikan pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan usia bayi atau anak. Meskipun penting untuk mencoba mematuhi jadwal imunisasi yang direkomendasikan, terkadang ada keadaan di mana imunisasi tidak dapat diberikan tepat pada tanggal yang ditentukan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai jadwal imunisasi:

Fleksibilitas Jadwal

Kadang-kadang, bayi atau anak mungkin tidak dapat menerima vaksin pada tanggal yang ditentukan dalam jadwal imunisasi. Ini bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan bayi, situasi darurat, atau alasan lainnya.

Tetapkan Jadwal Ulang

Jika imunisasi tidak dapat diberikan pada tanggal yang direncanakan, biasanya akan direncanakan ulang pada waktu yang lebih aman dan sesuai dengan kesehatan bayi. Kadang-kadang, imunisasi tertunda dapat diberikan dalam rentang waktu tertentu, namun tetap diupayakan untuk menyelesaikan jadwal imunisasi sesegera mungkin.

Tingkatkan Komunikasi

Komunikasikan dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan anak untuk menentukan waktu terbaik untuk memberikan vaksin yang tertunda dan memastikan bahwa bayi atau anak Anda mendapatkan vaksin sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan.

Meskipun idealnya imunisasi diberikan sesuai jadwal yang direkomendasikan, ada situasi di mana penundaan imunisasi terkadang tidak dapat dihindari. Yang penting adalah untuk menyelesaikan jadwal imunisasi sesegera mungkin dan tetap berkomunikasi dengan dokter atau tenaga medis yang merawat bayi untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perlindungan yang optimal dari penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.

Meskipun terdapat keterlambatan dalam memberikan imunisasi sesuai jadwal, penting untuk menyelesaikan jadwal vaksinasi sesegera mungkin. Terlambat dalam memberikan vaksin tidak berarti bahwa vaksin tersebut tidak akan efektif. Namun, semakin lama terjadi penundaan, semakin lama juga bayi atau anak tersebut rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah melalui vaksin.

Bagaimana Jika Anak Terlambat Imunisasi?

Jika anak mengalami keterlambatan dalam mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Konsultasi dengan Dokter

Jika anak mengalami keterlambatan dalam imunisasi, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau penyedia layanan kesehatan. Mereka dapat memberikan informasi yang tepat tentang langkah-langkah yang harus diambil dan bagaimana mengejar ketinggalan imunisasi.

Periksa dan Rencanakan Kembali Imunisasi yang Tertunda

Dokter akan meninjau catatan imunisasi anak dan merencanakan ulang jadwal imunisasi yang tertunda. Dalam kebanyakan kasus, vaksin yang tertunda akan diberikan sesegera mungkin.

Menyelesaikan Jadwal Imunisasi

Penting untuk mengejar ketinggalan imunisasi dan menyelesaikan jadwal vaksinasi anak. Dokter akan membantu menentukan vaksin mana yang diperlukan dan kapan vaksin tersebut harus diberikan agar anak memperoleh perlindungan yang optimal.

Memahami Pentingnya Imunisasi

Imunisasi adalah langkah penting untuk melindungi anak dari penyakit serius yang dapat dicegah. Meskipun terlambat, vaksinasi tetap diberikan karena dapat membantu meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit yang dapat dicegah.

Tindak Lanjut Kesehatan Anak

Setelah mengejar ketinggalan imunisasi, penting untuk terus memantau kesehatan anak. Jika ada kekhawatiran atau pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak.

Apa Dampak Buruk Jika Bayi Tidak Imunisasi?

Tidak memberikan imunisasi pada bayi dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan mereka. Berikut adalah beberapa dampak buruk yang dapat terjadi jika bayi tidak mendapatkan imunisasi:

Rentan Terhadap Penyakit Menular

Bayi yang tidak divaksinasi memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit-penyakit menular seperti campak, rubela, gondongan (mumps), batuk rejan (pertusis), polio, hepatitis B, dan lainnya. Penyakit-penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian pada bayi.

Meningkatkan Potensi Penyebaran Penyakit

Bayi yang tidak divaksinasi juga dapat menjadi sumber penularan bagi penyakit-penyakit tersebut pada orang lain, terutama pada bayi atau individu yang rentan terhadap infeksi, seperti orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Kebutuhan Perawatan Medis yang Intensif

Penyakit-penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi dapat menyebabkan komplikasi serius dan memerlukan perawatan medis yang intensif. Hal ini dapat meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan risiko kesehatan jangka panjang pada bayi.

Meningkatkan Angka Kematian

Bayi yang tidak divaksinasi memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat penyakit yang bisa dicegah melalui imunisasi.

Membahayakan Herd Immunity

Ketika sejumlah besar individu dalam populasi tidak divaksinasi, hal ini dapat mengganggu kekebalan kelompok (herd immunity), yang melindungi individu yang tidak dapat divaksinasi karena alasan medis tertentu atau kondisi kesehatan yang melemahkan.

Biasanya Si Kecil akan mengalami demam setelah mendapatkan suntikan vaksin. Namun, Bunda tidak perlu khawatir apabila Si Kecil mengalaminya. Tangani dengan cara berikut yuk: Cara Mengatasi Bayi Demam Setelah Imunisasi.

Referensi:

  • CDC. Child and Adolescent Immunization Schedule by Age. https://www.cdc.gov/vaccines/schedules/hcp/imz/child-adolescent.html. (Diakses pada 15 Desember 2023).
  • IDAI. 2023. Jadwal Imunisasi Anak IDAI 2023. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai. (Diakses pada 15 Desember 2023).