Haruskah Si Kecil Konsumsi Bahan Makanan Organik?

Morinaga Platinum ♦ 2 Januari 2017

Haruskah Si Kecil Konsumsi Bahan Makanan Organik?

Kini di pasar-pasar swalayan kian marak beragam produk bahan pangan organik. Ini sebabnya karena masyarakat kita khawatir akan bahaya pestisida yang mungkin saja terkandung dalam bahan pangan. Tidak sedikit Ayah dan Bunda menganggap makanan organik lebih bergizi jika dibandingkan dengan makanan non-organik.

Makanan organik adalah bahan makanan yang dalam proses penanaman, pemeliharaan, dan pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia seperti pestisida, pupuk kimia, hormon, antibiotik, pewarna, pengawet, juga bahan sintetis lainnya. Makanan organik juga tidak memakai radiasi ataupun manipulasi genetik.

Pestisida sering dikaitkan dengan tumbuh kembang Si Kecil. Ini disebabkan karena Si Kecil mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah hingga 60 persen daripada orang dewasa. Nah, karena daya tahan tubuh Si Kecil belum sempurna maka ia rentan terhadap risiko terpapar pestisida.

Penelitian oleh para ahli juga memerlihatkan bahwa kandungan pestisida di dalam makanan bisa mengganggu perkembangan kemampuan berpikir, daya ingat, serta kemampuan memecahkan masalah Si Kecil. Selain itu, pestisida bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh, menyebabkan sikap agresif, dan meningkatkan risiko kanker pada Si Kecil.      

Mengonsumsi daging hewan non-organik juga bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang Si Kecil. Hewan non-organik yang diberikan hormon pertumbuhan jika dagingnya dikonsumsi oleh Si Kecil dapat memengaruhi pertumbuhan juga sistem reproduksinya.

Melihat penjelasan di atas, memang sepertinya makanan organik lebih “alami” daripada makanan non-organik. Tapi apakah itu artinya makanan organik lebih bergizi dan sehat untuk Si Kecil? Baca kelebihan dan kekurangan dari makanan organik di bawah ini:

Kelebihan Makanan Organik

Kelebihan dari makanan organik jelas terletak pada tidak adanya kandungan zat kimia yang dianggap berbahaya seperti pestisida kimia, antibiotik, atau hormon pertumbuhan. Tidak hanya itu, bahan makanan organik diklaim tidak mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pemanis buatan, perasa, pewarna atau perisa. Malah, ada yang berpendapat bahwa makanan organik terasa lebih nikmat.

Menurut analisis data terhadap 200 penelitian mengenai makanan organik yang dipublikasi dalam British Journal of Nutrition menyimpulkan bahwa cara penanaman dan pengolahan bahan makanan organik bisa meningkatkan kandungan zat gizi tertentu, misalnya asam omega-3.

Kekurangan Makanan Organik

Meski bermanfaat, mengonsumsi makanan organik juga memiliki konsekuensi, antara lain harga bahan makanan organik lebih tinggi daripada bahan makanan non-organik karena proses penanaman dan pengolahannya dilakukan menggunakan metode khusus. Selain itu, bahan makanan organik lebih mudah rusak karena tidak mengandung pengawet.

Nutrisi adalah kunci penting proses tumbuh kembang Si Kecil. Untuk nutrisi makanan organik memang masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Tetapi tidak ada salahnya jika Bunda untuk selalu memberikan yang terbaik untuk Si Kecil. Pastikan makanan yang diberikan untuknya bersih serta mengandung semua nutrisi yang dibutuhkannya termasuk vitamin dan mineral seperti kolin, DHA, kalsium, vitamin D, probiotik dan prebiotik agar tumbuh kembang Si Kecil berjalan optimal.