Kiat Pemberian Asi untuk Bunda yang Bekerja

Morinaga Platinum ♦ 1 Juni 2017

Kiat Pemberian Asi untuk Bunda yang Bekerja

World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, yang diikuti dengan pemberian makanan padat dan ASI hingga usia 2 tahun.

Dengan tetap memberikan ASI, ibu bekerja mendapatkan beberapa keuntungan, seperti angka absensi yang lebih rendah karena anak jarang sakit, menjaga kedekatan ibu dan anak, dan menghemat pengeluaran karena tidak perlu membeli susu formula.

Tetapi, untuk Bunda yang bekerja biasanya mengalami kendala dalam memberikan ASI eksklusif antara lain jatah cuti melahirkan yang terbatas (umumnya hanya 3 bulan) serta lingkungan kerja yang kurang mendukung pemberian ASI eksklusif. Menyusui adalah hak setiap Bunda, termasuk Bunda bekerja. Konvensi Organisasi Pekerja Internasional memutuskan bahwa Bunda bekerja berhak mendapatkan cuti melahirkan selama 14 minggu serta sarana pendukung untuk menyusui di tempat kerja.

Sebelum mengambil cuti melahirkan, sebaiknya diskusikan dengan atasan mengenai detailnya seperti kapan akan kembali bekerja, dan bagaimana perihal menyusui. Apakah memungkinkan untuk menyusui Si Kecil di tempat kerja ataukah harus digantikan dengan memerah ASI, dan sebagainya. Jika harus memeras ASI, bicarakan mengenai perihal waktu yang dibutuhkan, ruangan untuk memerah dan menyimpan ASI perah (ASIP) tersebut.

Di rumah, Ayah dan Bunda perlu mendiskusikan mengenai bagaimana pengasuhan Si Kecil ketika ditinggal Bunda bekerja, apakah Ayah perlu mengambil cuti atau akan memercayakan pengasuhan anak kepada orangtua, suster, atau tempat penitipan anak.

Salah satu cara agar Bunda bisa memberikan ASI eksklusif adalah dengan menyiapkan ASI perah. Beberapa minggu sebelum Bunda kembali bekerja, mulailah menyimpan cadangan ASI dengan memompa payudara. Simak kiat-kiatnya di bawah ini:

Belajar memerah ASI

Bunda dapat memerah ASI dengan menggunakan tangan, pompa ASI manual, atau pompa ASI elektrik. Pompa ASI manual dan elektrik cukup mudah digunakan, Bunda tinggal mengikuti petunjuk pemakaian yang sudah tersedia dalam kemasan. Mengosongkan payudara juga bisa dilakukan dengan memerah menggunakan tangan. Pilih metode perah ASI yang paling nyaman dan cocok untuk Bunda.

Belajar menyimpan ASI perah

Selain belajar memerah ASI, Bunda juga harus memelajari cara menyimpan ASIP dengan benar. Cara penyimpanan ASIP akan memengaruhi kualitas ASIP, salah-salah bisa membuat ASIP jadi rusak. Simpan ASIP dalam botol kaca atau plastic sesuai dengan jumlah yang biasa dikonsumsi Si Kecil dalam sekali minum. Tulis tanggal pemerahan ASI di label dan tempel label pada wadah penyimpanan. Apabila nanti Bunda berencana menyimpan sementara ASIP di fasilitas bersama kantor, pastikan untuk menulis nama Si Kecil dan nama Bunda pada label agar tidak tertukar. Bunda juga perlu mempersiapkan boks atau tas pendingin untuk membawa pulang ASI perah Bunda agar selalu terjaga suhunya.

Simak panduan lama penyimpanan ASIP berikut ini:

  • Deep freezer (-20°C): 6-12 bulan
  • Freezer di kulkas 2 pintu (-18°C): 3-6 bulan
  • Freezer di kulkas 1 pintu (-15°C): 2 minggu
  • Kulkas (4°C): 5 hari
  • Insulated cooler bag dengan ice packs: 24 jam
  • Ruangan dengan suhu < 25°C: 2-4 jam
  • Ruangan dengan suhu > 25°C: 1 jam

Pahami lebih dalam lagi yuk tentang cara menyimpan ASI di sini: Cara Menyimpan ASI yang Benar Setelah Dipompa

Selalu cuci tangan dan sterilkan alat pompa sebelum mulai memerah ASI. Kedua payudara dapat dikosongkan dengan cara dipompa selama 15-20 menit, setiap 3-4 jam.

Kembali bekerja setelah cuti melahirkan bukan berarti berhenti memberikan ASI kepada Si Kecil. Dengan pengetahuan dan persiapan yang baik, Bunda bisa sukses memberikan ASI eksklusif.