Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa ada sekitar 2.4 juta orang penyandang autisme di Indonesia pada tahun 2010. Pada saat itu jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 237 juta jiwa. Berarti ada satu penyandang autisme pada 100 bayi yang lahir.
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan Si Kecil dalam berkomunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, perilaku repetitif serta memilki ketertarikan terhadap hal-hal tertentu yang tidak lazim.
Sangat penting untuk orangtua mewaspadai gejala-gejala austime sedini mungkin sebab ASD termasuk kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Meski demikian ada berbagai jenis penanganan intensif yang bisa dilakukan untuk membantu penyandang autisme menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan mencapai potensi maksimal mereka.
Mengenai penyebab dari autisme, hingga kini sebab pastinya masih belum jelas. Para ahli masih terus melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bermacam faktor risiko yang mendasari autisme. Meski demikian, para ahli telah menyimpulkan beberapa hal yang diduga menjadi penyebab autisme, di antaranya adalah kelainan genetik dan kromosom, infeksi rubela (campak jerman) selama kehamilan, serta usia ibu yang pada saat hamil di atas 40 tahun. Sedangkan untuk isu bahwa vaksin MMR menyebabkan autisme sudah diklarifikasi oleh peneliti yang mempublikasikan temuan tersebut serta diperkuat oleh pernyataan WHO, bahwa hal itu tidaklah benar.
Dengan meningkatnya statistik penyandang autisme, Ayah dan Bunda harus waspada mengawasi perkembangan Si Kecil. Sesuai dengan literatur dari American Academy of Pediatrics, gejala autisme dapat diketahui sejak anak berusia 18 bulan, di antaranya:
Jika Ayah dan Bunda mencemaskan perkembangan Si Kecil dan melihat ada tanda-tanda di atas, ajak Si Kecil berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut. Apabila dokter mencurigai adanya gejala autisme, biasanya ia akan merujuk pasien ke tenaga spesialis seperti psikolog, ahli saraf anak, psikiater atau lainnya.
Biasanya autisme didiagnosis atas gejala yang ditunjukkan oleh Si Kecil. Beberapa pemeriksaan yang mungkin akan dianjurkan dokter antara lain:
Walaupun belum ada obat yang pasti untuk menyembuhkan autisme, tetapi ada layanan bantuan serta terapi yang dapat membantu meningkatkan kemampuan penyandang autisme. Aspek penting yang biasanya menjadi fokus terapi adalah kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, kognitif, serta akademis. Tujuan terapi adalah agar penyandang autisme dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin.
Apabila Si Kecil ternyata betul menyandang autisme, jangan berkecil hati, Bunda. Deteksi dini autisme bermanfaat agar penanganan bisa diberikan lebih awal sehingga dapat memberikan hasil yang lebih signifikan bagi kebaikan Si Kecil.
Setelah mengetahui beberapa gejala autisme di atas, ketahui juga Bunda berbagai opsi terapi untuk meningkatkan kemampuan fungsi Si Kecil untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari dan mengurangi gejalanya. Informasi tersebut bisa Bunda temukan di artikel berikut ini: Ciri Anak Autis di Usia Dini dan Pilihan Pengobatannya
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Jangan Terlambat Mengenali Autisme
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?