Strategi Jitu Mencegah Terjadinya Tantrum pada Si Kecil

Morinaga Platinum ♦ 1 Mei 2017

Strategi Jitu Mencegah Terjadinya Tantrum pada Si Kecil

Mengatasi Si Kecil yang seringkali marah-marah, mengamuk, membanting-banting barang atau bahkan berguling-guling di lantai bukanlah perkara yang mudah. Kondisi itu sering disebut tantrum pada anak. Tantrum umum terjadi, terutama pada anak yang berusia antara 1 hingga 4 tahun. Walau terlihat menyeramkan, tantrum merupakan salah satu cara Si Kecil belajar untuk berkomunikasi secara efektif dengan Bunda dan lingkungannya.

Penyebab Tantrum

Penyebab tantrum bukan hanya saat keinginan Si Kecil terpenuhi, tetapi ada beragam faktor misalnya anak kelelahan, lapar, atau murni karena ingin mengungkapkan keinginannya dengan keterbatasan komunikasi. Namun demikian, ada sebagian anak yang lebih rentan mengalami tantrum, yakni mereka yang lebih hiperaktif, mudah berubah-ubah mood dan perasaannya, atau anak yang sulit beradaptasi dengan lingkungan.

Anak juga akan menjadi lebih sensitif dan mudah marah pada fase tantrumnya. Ayah dan Bunda harus mengajarkan Si Kecil mengelola emosinya agar tidak mudah marah. Yuk, pelajari di sini: Mengenal Penyebab Anak Pemarah dan Cara Mengatasinya. 

Menangani Tantrum

Cara termudah dan tercepat menghentikan tantrum adalah dengan memberikan apa yang Si Kecil inginkan. Namun, hal ini tidak berdampak baik untuk jangka panjang. Si Kecil akan belajar bahwa dengan tantrum, ia bisa mengontrol orangtuanya untuk melakukan apa pun yang ia inginkan.

Pertama yang harus dilakukan Ayah dan Bunda saat Si Kecil tantrum adalah menjaga diri agar tetap tenang. Jangan terbawa emosi lalu memarahi apalagi memukulnya. Gunakan nada bicara tegas dan katakan bahwa perbuatannya tidak benar. Jelaskan padanya alasan mengapa keinginannya tidak bisa dipenuhi. Apabila tantrum tetap berlanjut, jangan turuti kemauannya. Tunggu sampai ia tenang. Walau Ayah dan Bunda mungkin merasa malu karena terjadi di tempat umum, percayalah, ini untuk kebaikan dirinya dan banyak orang sudah mengalaminya lebih dulu. Sebaiknya Ayah dan Bunda tetap berada di sekitar Si Kecil untuk memastikan aktivitas tantrum tidak membahayakan dirinya.

Hal lain yang tak kalah penting adalah jelaskan bahwa meski Ayah dan Bunda tidak menuruti keinginannya, bukan berarti Ayah dan Bunda tidak peduli. Peluk Si Kecil, katakan padanya bahwa Bunda dan Ayah melakukan ini karena peduli dan menginginkan yang terbaik untuknya.

Tantrum tidak terjadi dengan mendadak. Ayah dan Bunda harus bisa mengenali apa yang biasa jadi pemicunya. Peluang tantrum bisa diminimalkan dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Pastikan Si Kecil cukup tidur dan selalu dalam kondisi kenyang
  • Berikan perhatian positif padanya, misalnya dengan memberikan kalimat motivasi saat ia melakukan hal baik
  • Pahami batas Si Kecil. Misalnya, jika ia terlihat lelah, mungkin rencana pergi belanja bulanan bisa ditunda setelah ia bangun tidur siang.

Tantrum hanya bisa diatasi dengan penanganan positif dan konsisten. Komunikasikan hal ini kepada orang lain yang ada di lingkungan Si Kecil, misalnya kakek, nenek, atau pengasuh agar mereka dapat turut andil melakukan hal yang sama seperti Ayah dan Bunda. Si Kecil akan belajar bahwa tantrum bukanlah senjata yang dapat dia lakukan kapan pun keinginannya tidak terpenuhi. Oleh karena itu, penting juga bagi Bunda untuk memahami fase-fase tantrum pada anak. Baca penjelasannya dalam artikel berikut yuk: Fase Tantrum Pada Anak dan Cara Mengatasinya