Melatih Mental Berani Menerima Kegagalan dan Sifat Berlapang Dada pada Si Kecil

Morinaga Platinum ♦ 20 Juni 2020

Melatih Mental Berani Menerima Kegagalan dan Sifat Berlapang Dada pada Si Kecil

Seiring bertambahnya usia Si Kecil, ada kalanya ia menghadapi momen-momen yang tidak sesuai dengan harapannya. Gagal adalah hal yang wajar tapi kadang menjadi situasi paling ditakuti sebagian anak. Si Kecil cenderung sulit menerima kekalahan atau kegagalan dalam sebuah kompetisi karena takut dimarahi ataupun takut tersingkir dari pergaulan.

Kegagalan memang hal yang dihindari oleh setiap orang, tapi kembali lagi ke cara Ayah dan Bunda mengarahkan untuk melihat kegagalan sebagai apa. Dibalik kegagalan tentunya ada banyak pengalaman yang lebih berharga dari kemenangannya. Misalnya, jika Si Kecil kalah dalam pertandingan sepak bola, Bunda bisa melihat sisi baik lainnya, mungkin Si Kecil sudah bisa menendang bola dengan benar. Selain itu, kelak ketika Si Kecil dewasa, ia akan dihadapi pada situasi-situasi kecil saat ia harus melihat kegagalan sebagai sesuatu untuk dipelajari. Akhirnya, Si Kecil tidak akan melakukan hal yang sama untuk menghindari kegagalan tersebut. Jadi, penting bagi Ayah dan Bunda mengajarkan definisi kegagalan baginya.

Oleh karena itu, mengajarinya kecerdasan moral sejak dini sangat penting untuk bekalnya tumbuh dewasa nanti. Berikut penjelasannya ya, Bun!

Baca juga: Asah Kecerdasan Emosional Si Kecil Dengan Cara Ini

Pentingnya mengajarkan kecerdasan moral sejak dini

Kecerdasan moral adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami tuntutan yang ada di lingkungannya, mengetahui apa yang baik atau buruk untuk dilakukan dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal untuk melatih kecerdasan moral adalah mengajarkannya arti lapang dada dan menerima kegagalan. Kenapa ya Si Kecil harus belajar bersikap lapang dada? Berikut ini alasannya!

1. Untuk belajar mengatasi masalah

Bunda, dunia memang selalu memaksa kita untuk menjadi sangat kompetitif jika ingin terus bertahan di dunia ini. Tapi kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, kemenangan contohnya. Christine Carter, Direktur Program Parenting di The Greater Good Center, Universitas Berkeley-California mengatakan bahwa jika anak-anak tidak pernah dibiarkan kalah, maka mereka tidak akan pernah belajar untuk mengatasi perasaan kalah dan kecewa.

2. Untuk mengajarkan pengendalian diri

Tak selamanya kompetisi yang Si Kecil ikuti, ia akan menjadi pemenangnya. Lalu, setelah kalah ia akan ngambek. Jika Si Kecil tidak pernah belajar menghadapi kekalahan dengan lapang dada, maka nantinya ia mudah menyalahkan orang lain untuk kekalahan yang ia terima.

3. Untuk belajar membangun kepercayaan diri

Menjadi lebih baik dan semakin baik adalah sebuah proses, begitu juga akan dialami oleh anak. Jika ia mengalami kekalahan, ia akan belajar tidak menggunakan cara yang sama. Cara berpikir ini akan membantunya membangun rasa percaya diri dan harga diri terhadap keterampilan dan kemampuan yang ia miliki.

4. Untuk mengajarkan cara menikmati hidup dan bersenang-senang

Coba Bunda bayangkan rasanya ketika Si Kecil sudah berusaha susah payah lalu kalah dan ia memikirkan berlarut-larut dan merasa tertekan. Inilah pentingnya mengajari anak bahwa tak masalah jika sesekali ia tak menadi nomor satu. Kuncinya adalah berlapang dada dan mengatasi keinginan untuk menang dalam permainan. Lebih baik ajak Si Kecil menikmati permainan dan bersenang-senang, hilangkan sejenak kata menang atau kalah.

Bagaimana cara mengajarkan anak untuk berlapang dada?

1. Mendengarkan dan menenangkan

Saat anak kalah, ia kadang tak mau diceramahi. Nah, saatnya Bunda jadi pendengar yang baik agar membuatnya semakin tenang. Anak akan merasa bahwa kasih sayang keluarga akan membuatnya merasa punya tempat berlindung yang aman dari kejamnya dunia. Dukungan utama dari orangtua untuknya akan menguatkan mentalnya.

Baca juga: Kiat Tunjukkan Kasih Sayang Saat Kesibukan Melanda

2. Menjadi contoh yang baik

Ayah dan Bunda adalah contoh pertamanya dalam menghadapi kegagalan. Nah, Ayah atau Bunda bisa menunjukkan pada Si Kecil sikap positif saat sedang menghadapi tantangan tersebut. Anak akan mengambil pelajaran dari melihat Ayah dan Bunda.

3. Ceritakan bahwa Ayah atau Bunda juga pernah gagal dan pernah berhasil

Bunda, ceritakan pada Si Kecil kegagalan maupun keberhasilan Bunda dari yang sederhana sampai yang rumit. Biarkan ia mengambil pelajaran dan sisi positif dari yang pernah Bunda hadapi. Dengan menceritakannya, anak juga jadi merasa bahwa ia tak menghadapi ini sendirian. Kegagalan sebenarnya adalah hal yang biasa dialami setiap orang. Selain itu, ia juga bisa meniru kekuatan mental Bunda dalam menghadapinya.

Wajar kok, Bun bila anak-anak, terutama prasekolah memiliki tingkat kompetisinya tinggi. Dr. Eileen Kennedy, salah satu kontributor buku Smart Parenting for Smart Kids mengatakan tak masalah jika anak selalu ingin menjadi nomor satu selama ia melakukanya dengan usaha sendiri.

Namun, jika ia memang tidak begitu baik dalam banyak hal, coba samakan mata Bunda dengan mata Si Kecil, katakan padanya bahwa Bunda sangat menghargai apa yang sudah ia lakukan. Bilang padanya bahwa ia telah kalah dengan cara yang adil dan terhormat. Jika Si Kecil ingin berlatih lagi, maka dukung dan tetap berada di sisinya. Jangan lupa ajarkan untuk memberi selamat kepada si pemenang dan turut bahagia untuk kesuksesannya.