Stres pada anak adalah respons emosional terhadap tekanan atau tuntutan yang melebihi kemampuan mereka untuk menghadapinya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan stres pada anak adalah tuntutan di sekolah, konflik keluarga, hingga perubahan lingkungan.
Masalah kesehatan mental ini tentu dapat memengaruhi kesejahteraan fisik, psikologi, dan perilaku anak di masa depan. Penting bagi orang tua untuk memahami kondisi mental Si Kecil, maka dari itu simak pembahasan selengkapnya berikut ini.
Dilansir dari laman resmi Kemenkes, ada berbagai faktor yang bisa menyebabkan stres pada anak, di antaranya:
Bullying bisa secara fisik, kata-kata, atau emosional, dan bisa membuat anak merasa tertekan. Jika Bunda melihat tanda-tanda anak dianiaya, seperti enggan pergi ke sekolah, penurunan prestasi, atau sering cedera, ajaklah anak bicara dengan penuh pengertian.
Anak-anak di sekolah sering kali memiliki banyak kegiatan. Terkadang setelah sekolah, mereka masih diminta untuk mengikuti pelajaran tambahan seperti les atau kursus. Meskipun niatnya baik, hal ini bisa membuat anak kelelahan dan stres karena tidak punya waktu untuk bersantai atau bermain.
Anak-anak perlu istirahat cukup, terutama setelah beraktivitas di sekolah. Pastikan mereka tidur cukup dan hindari gadget atau televisi sebelum tidur. Kurang tidur bisa mempengaruhi suasana hati, perilaku, dan kemampuan mereka.
Kondisi di rumah yang tidak harmonis, seperti akibat dari perceraian orang tua bisa membuat anak merasa terganggu dan perlu beradaptasi dengan perubahan besar dalam keluarganya.
Bila ini terjadi, orang tua harus menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti tentang situasi ini agar anak lebih memahami.
Dengan teknologi yang maju, anak-anak bisa melihat berbagai informasi dengan mudah. Tapi terkadang, mereka bisa saja melihat konten dewasa seperti berita menakutkan, video kekerasan, atau hal-hal yang bukan untuk ditonton anak di bawah umur.
Ini bisa membuat mereka merasa tertekan. Orang tua perlu mengawasi konten yang mereka lihat dan memberikan penjelasan tentang apa yang sesuai untuk usia mereka.
Anak bisa merasa stres jika mereka menderita penyakit seperti diabetes, obesitas, asma, atau kanker. Mereka mungkin merasa berbeda atau terbatas dalam kegiatan mereka. Dukungan dari keluarga sangat penting dalam menghadapi masa-masa sulit ini.
Tidak semua anak mampu mengungkapkan perasaan stresnya. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk mengamati tanda-tanda atau ciri-ciri stres pada anak.
Beberapa tanda atau ciri umum stres pada anak meliputi:
Anak yang stres mungkin mengalami perubahan dalam perilaku mereka. Ini bisa termasuk perubahan dalam pola makan (makan lebih banyak atau kurang dari biasanya), tidur (kesulitan tidur atau tidur berlebihan), atau perubahan dalam minat atau aktivitas yang biasa mereka nikmati.
Anak yang mengalami stres dapat menunjukkan perubahan dalam emosi mereka. Mereka mungkin lebih mudah marah, mudah tersinggung, atau menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti gelisah, merasa tegang, atau mudah menangis.
Stres dapat menyebabkan gejala fisik seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual. Anak mungkin mengeluh merasa tidak enak badan tanpa sebab yang jelas.
Anak yang stres mungkin mulai menarik diri dari teman-teman atau aktivitas sosial yang biasa mereka ikuti. Mereka mungkin merasa sulit berinteraksi dengan orang lain atau merasa cemas di lingkungan sosial.
Stres dapat mempengaruhi konsentrasi dan fokus anak, sehingga menyebabkan penurunan dalam prestasi akademis. Anak yang biasanya baik dalam sekolah dapat mulai mengalami penurunan nilai.
Dari beberapa tanda di atas, dapat disimpulkan bahwa mengenali gejala stres pada anak memang tidak mudah. Perubahan perilaku jangka pendek, seperti perubahan suasana hati, perubahan pola tidur, atau mengompol bisa menjadi indikator. Ada juga anak yang mengalami gejala fisik seperti sakit kepala atau sakit perut, sulit konsentrasi saat belajar, atau lebih senang menyendiri.
Gejala lain yang sering muncul pada anak-anak di bawah usia sekolah antara lain mengisap jempol, memilin-milin rambut, atau mengorek hidung. Anak yang stres juga cenderung berbohong, menentang orang dewasa, bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil, atau nilai akademisnya berubah drastis.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membantu anak mengatasi stres. Pertama, pastikan anak mendapatkan istirahat yang cukup, nutrisi yang seimbang, dan dukungan mental. Luangkan waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan anak dan ajak mereka melakukan aktivitas yang menyenangkan.
Bunda juga bisa berkomunikasi dengan anak mengenai penyebab stres dan mendiskusikan solusi untuk mengatasinya. Misalnya, mengurangi kegiatan ekstrakurikuler, menyusun rencana olahraga, atau menulis diari.
Bunda juga bisa mencegah stres pada anak dengan mengantisipasi situasi yang berpotensi mencetuskan stres. Misalnya, menjelaskan pada anak mengenai jadwal ujian sekolah dan berdiskusi mengenai rencana belajar sehingga mereka tidak merasa kewalahan. Ketahui selengkapnya:
Ingatlah bahwa stres hingga batas tertentu adalah reaksi normal. Biarkan anak mengetahui bahwa merasa marah, takut, kesepian, atau cemas adalah hal yang biasa terjadi sehari-hari. Yakinkan mereka bahwa Bunda yakin mereka bisa menangani situasi apa pun dengan baik.
Namun, jika Bunda mencurigai bahwa tingkat stres anak tidak lagi wajar, bawa mereka untuk berkonsultasi dengan psikiater anak. Dokter dapat melakukan berbagai terapi untuk membantu mereka, seperti konseling, terapi kognitif dan perilaku, terapi keluarga, dan lain-lain. Jika diperlukan, dokter juga bisa memberikan obat untuk anak.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Penyebab Stres pada Anak dan Cara Mengatasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?