Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini yang Harus Bunda Tahu

Morinaga Platinum ♦ 3 Agustus 2021

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini yang Harus Bunda Tahu

Perkembangan kognitif anak usia dini menjadi salah satu faktor dalam perkembangan kemampuan Si Kecil yang berhubungan dengan pengetahuan, pemahaman dan proses psikologis Si Kecil terhadap lingkungan sekitar. Contoh perkembangan kognitif anak usia dini dalam kehidupan sehari-hari yaitu mengenali angka dan huruf, berjalan, berlari, serta mengenal warna dan bentuk.

Ketika Si Kecil dilahirkan, proses perkembangan tengkorak dan otak belum selesai. Artinya  ukuran tengkorak dan otak hanya berkembang sebagian dan masih dalam proses berkembang. 

Kondisi tersebut disebabkan oleh ukuran jalan lahir dan panggul Bunda yang terbatas, sehingga ukuran tengkorak dan otak menyesuaikan dengan keterbatasan tadi. Baru setelah lahir, perkembangan tengkorak dan otak berjalan secara maksimal. Nah, Bunda perlu tahu bahwa proses perkembangan ini akan berjalan sampai Si Kecil menginjak usia 2 tahun. 

Pada usia inilah proses perkembangan otak pada Si Kecil berjalan maksimal. Hubungan antar saraf otak Si Kecil terwujud, lalu menciptakan jaringan sistem otak. Sehingga, pada saat inilah momen terbaik untuk membentuk pertumbuhan Si Kecil di berbagai aspek dasar sebagai manusia. 

Stimulasi dan rangsangan dari lingkungan sekitar, seperti kasih sayang Bunda, bermain dengan teman sebaya, atau mengamati hewan membantu otak berkembang.

Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan kognitif anak usia dini merujuk pada kemampuan yang dimiliki Si Kecil untuk memahami sesuatu. Secara harfiah, Kata kognitif berasal dari kata kognisi yang merupakan serapan dari kata cognitive/cognition. Kata cognition memiliki kesamaan arti dengan knowing.

Nah, apa saja sih contoh bentuk aktivitas psikologis Si Kecil yang tak terpisahkan dari proses kognitif? salah satu contohnya adalah pengolahan informasi, pertimbangan, pemahaman, pemecahan masalah, kesadaran bertindak, dan keyakinan.

Teori Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli 

Secara ilmiah, terdapat dua teori mengenai perkembangan kognitif anak usia dini yaitu teori konstruktivis kognitif dan teori konstruktivis sosial.

Teori konstruktivis kognitif dan teori konstruktivis sosial dikembangkan oleh dua orang ahli psikologi perkembangan kognitif yang berbeda. Teori konstruktivis kognitif dikembangkan Jean Piaget. Sementara itu, teori konstruktivis sosial dikembangkan oleh Lev Vygotsky.

Kedua teori tersebut berada dalam satu mindset berpikir bernama teori konstruktivis. Inti dari teori konstruktivis adalah Si Kecil terus menerus melakukan eksplorasi lingkungan untuk mengetahui kondisi dan situasi lingkungan sekitarnya. Nah, Bunda perlu tahu lebih dalam nih untuk memahami perkembangan kognitif Si Kecil melalui penjelasan di bawah ini:

1. Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang psikolog asal Perancis. Teori Piaget yang bernama teori konstruktivis kognitif menyatakan bahwa anak akan terus berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil interaksi tersebut akan menghasilkan sesuatu yang bernama skemata/schema/skema.

Skemata diartikan sebagai jenis pengetahuan yang berfungsi membantu anak melakukan interpretasi dan pemahaman terhadap lingkungan. Sifat utama skemata akan terus bergerak, bermodifikasi, berkelanjutan, dinamis, atau tidak berhenti di satu titik.

Untuk bisa terus bergerak, skemata dibantu dua proses penting bernama asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah aktivitas mendapat informasi baru untuk dimasukkan ke dalam skemata yang ada. Akomodasi merujuk pada proses yang terjadi saat pengetahuan baru masuk ke dalam skemata dan kemudian mengubah skemata ke bentuk baru.

Perkembangan kognitif anak usia dini akan terpengaruh aktivitas berkelanjutan skemata-asimilasi-akomodasi secara terus menerus hingga terbentuk keseimbangan baru (equilibrium) berkali-kali.

Skemata yang dimiliki teori Piaget kemudian diturunkan ke dalam 4 tahapan utama. Keempat tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget terkait dengan usia dan jalan berpikir yang berbeda. Setiap tahapan terbentuk dari hasil pencapaian tahap sebelumnya. Berikut ini adalah penjelasan 4 tahapan dan contoh perkembangan kognitif menurut Piaget:

  • Tahap sensorimotor

Tahapan ini terjadi pada usia 0 hingga 2 tahun. Kecerdasan Si Kecil berbentuk aktivitas motorik. Informasi dan pengetahuan didapatkan dari kombinasi pengalaman fisik, aktivitas indra serta gerakan motorik.

Bagian esensial di tahapan ini adalah pencapaian kognitif yang bernama object permanence. Dalam pencapaian ini,  bayi sudah mencapai level pemahaman atas eksistensi sebuah objek walaupun objek itu tidak bisa dicapai oleh indranya. 

Contoh aktivitasnya adalah menghisap puting payudara dan berbagai benda di sekitarnya karena tubuh Si Kecil secara refleks ingin menghisap. Contoh lainnya adalah memegang objek dengan pola yang sama berkali-kali selama berhari-hari sebagai bentuk hasil koordinasi antara fungsi mata dan sensor motorik.

  • Tahap pra-operasional

Tahapan ini dimulai sejak usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap ini, anak usia dini memiliki kemampuan berpikir simbolis yang lebih berkembang, sifat intuitif, non-logis, animisme, dan egosentris, kemampuan berbahasa yang matang, kemampuan imajinasi kuat, dan kemampuan memori yang juga kuat.

Dua ciri paling kuat di tahap pra-operasional adalah animisme dan egosentris. Animisme adalah kepercayaan anak bahwa benda tak bernyawa itu hidup dan bisa bergerak. Contohnya, Si Kecil menyatakan bahwa sebuah batu membuatnya terjatuh.

Sedangkan egosentris adalah kondisi anak tidak dapat membedakan perspektif dirinya dengan perspektif orang lain. Contohnya, Si Kecil hanya diam saja saat diminta bersalaman.

  • Tahap operasional konkret

Tahapan ini terjadi sejak usia 6 tahun hingga 12 tahun. Karakteristik utama tahap operasional konkret adalah pemakaian logika dan berpikir sistematis yang baik. Si Kecil juga bisa melakukan manipulasi simbol. Sifat egosentris juga berkurang banyak.

Ada 6 kemampuan khas tahap operasional konkret, yaitu kemampuan mengurutkan objek berdasar kategori tertentu, kemampuan klasifikasi objek, kemampuan decentering (menimbang permasalahan), kemampuan reversibility (perubahan benda ke bentuk/pola awal), kemampuan konservasi (kekekalan), dan kemampuan menghapus egosentris.

Contoh aktivitasnya adalah mengurutkan benda berdasarkan ukuran besar-kecilnya, atau memiliki sejumlah pertimbangan saat membuat suatu keputusan tertentu.

  • Tahap operasional formal

Tahapan ini dimulai sejak usia 11 tahun ke atas hingga dewasa. Karakteristik Si Kecil berupa kemampuan lebih bisa berpikir abstrak dan memakai logika induksi (menarik kesimpulan dari kumpulan informasi). 

Logika Si Kecil lebih banyak digunakan untuk menghadapi masalah, merencanakan suatu hal, dan memandang dunia secara lebih luas. 

Secara fisik, tahapan operasional formal ditandai mulai terjadinya pubertas pada tubuh. Contoh aktivitasnya adalah memahami berbagai hal terkait cinta, nilai empiris suatu fenomena, atau memaknai kehidupan tidak sekedar hitam-putih.

2. Lev Vygotsky

Lev Semionovich Vygotsky (1896-1934) merupakan seorang ahli psikologi perkembangan kognitif anak dari Rusia. Teorinya tentang perkembangan kognitif anak usia dini jadi pegangan dunia hingga sekarang.

Lev Vygotsky menekankan pentingnya peranan interaksi sosial dalam berbagai fase perkembangan kognitif Si Kecil. Walaupun begitu, Si Kecil juga memiliki kemampuan untuk menyusun pengetahuan mereka secara aktif dan mandiri.

Saat ingin memahami jalan pikiran anak usia dini, Vygotsky lebih memilih menelusuri bagaimana interaksi sosial yang dialami Si Kecil selama hidupnya daripada menelusuri apa yang ada di balik otak dan kejiwaannya.

Tindakan itu didasarkan keyakinan Vygotsky bahwa perkembangan fungsi mental Si Kecil didapatkan dari interaksi sosial, dan bukan berasal dari individu sendiri. 

Vygotsky memiliki 3 konsep dasar untuk memahami psikologi perkembangan kognitif anak. Berikut ini penjelasan masing-masing konsepnya:

  • Konsep zona perkembangan proksimal (ZPD)

Konsep zona perkembangan proksimal (ZPD) merupakan serangkaian tugas yang sulit dikerjakan sendiri oleh Si Kecil. Akan tetapi rangkaian tugas itu bisa dikerjakan dengan bantuan orang dewasa atau Si Kecil yang mampu. Umumnya, ZPD berbentuk aktivitas mengajar di mana ada pengajar (orang dewasa atau Si Kecil yang mampu) dan peserta didik (Si Kecil).

Dengan konsep ini, Vygotsky ingin menunjukkan pentingnya interaksi sosial, terutama korelasi antara instruksi/pengajaran terhadap psikologi perkembangan kognitif. ZPD juga menampilkan sejauh mana kemampuan Si Kecil untuk belajar mandiri dan peningkatan keilmuan dengan belajar bersama orang lain.

  • Konsep scaffolding

Konsep ini membicarakan tentang perubahan level dukungan selama Si Kecil berada dalam proses belajar ZPD. Selama proses belajar, pengajar akan menyesuaikan sejumlah hal yang terkait bimbingan dengan performa si peserta didik dalam belajar.

Untuk bisa mengetahui sejauh mana tahap perkembangan kognitif peserta didik, maka  pengajar melakukan dialog. Hasil dialog jadi alat pertimbangan pengajar melakukan penyesuaian bimbingan yang diberikan.

Konsep ini berangkat dari kondisi Si Kecil yang sebenarnya memiliki berbagai jenis pemikiran tapi tidak teratur dan bersifat spontan. Dari hasil dialog, pengajar akan memberikan penyesuaian dukungan dengan lebih sistematis dan rasional. Sehingga peserta didik lebih memahami pola sistematis, rasional, dan logis.

  • Bahasa dan pemikiran

Bagi Vygotsky, dalam fase perkembangan kognitif anak usia dini, fungsi bahasa bukan cuma sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk merencanakan, memantau, serta mengontrol semua aktivitas Si Kecil itu sendiri.

Peran bahasa bagi psikologi perkembangan kognitif anak terbagi dua, yaitu private speech dan inner speech. Private speech adalah tindakan Si Kecil berbicara keras dengan dirinya sendiri. Private speech umumnya terjadi saat Si Kecil berusia 3 hingga 5 tahun.

Fase private speech akan meningkat menjelang usia 5 tahun dan kemudian menghilang. Kemudian akan timbul fase inner speech. Pada fase inner speech, anak memakai kemampuan berbicara pada dirinya sendiri sebagai alat kontrol perilakunya. Nantinya, fase inner speech ini akan terbawa sampai dewasa.

Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Pada banyak kasus tumbuh kembang anak, orang tua punya kecenderungan melihat perkembangan fisik daripada perkembangan kognitif Si Kecil. Padahal, perkembangan fisik dan perkembangan kognitif Si Kecil, idealnya, berjalan beriringan.

Ada beberapa karakteristik perkembangan kognitif Si Kecil yang khas dan bisa menjadi rujukan Bunda untuk melihat sudah sejauh mana tahap perkembangan Si Kecil kesayangan.

1. Fase usia 0-3 bulan

Saat Si Kecil ada di usia 3 bulan pertama, eksplorasi yang dilakukan terkait dengan panca indra serta lingkungannya. Beberapa tindakan khas yang dilakukan Si Kecil di fase ini adalah:

  • Mata bisa fokus pada benda bergerak
  • Kemampuan melihatnya sejauh 30 cm
  • Kuping bisa membedakan nada dan volume suara
  • Lidah bisa mengenali berbagai rasa

2. Fase usia 3-6 bulan

Pada fase ini, tahap perkembangan kognitif Si Kecil mulai berkembang lebih jauh lagi. Beberapa indikatornya yaitu sebagai berikut:

  • Merespons berbagai bunyi di sekitarnya
  • Mengenali wajah-wajah orang di sekitarnya
  • Bisa meniru ekspresi orang lain

3. Fase usia 6-9 bulan

Saat ada di fase usia ini, Si Kecil mulai menunjukkan beberapa kemampuan:

  • Memahami perbedaan benda mati dan benda hidup
  • Mulai penasaran dengan berbagai hal yang baginya dianggap aneh atau mustahil
  • Bisa menggenggam benda dan memindahkan antar tangan kanan-kiri atau sebaliknya.
  • Memahami permainan-permainan simpel

4. Fase usia 9-12 bulan

Saat ada di usia ini, tahapan perkembangan kognitif anak makin maju. Beberapa kemampuan yang dimiliki Si Kecil di usia 9-12 bulan, yaitu:

  • Memahami instruksi-instruksi simpel
  • Memahami fungsi benda yang ia pakai sehari-hari
  • Banyak memberi respons suara dan gerak tubuh
  • Mampu meniru gerakan dan tindakan

5. Fase usia 1-2 tahun

Kemampuan kognitif anak usia 1-2 tahun makin berkembang maju. Sejumlah aktivitas Si Kecil yang menonjol di usia ini adalah:

  • Kemampuan menyusun balok mainan
  • Memahami instruksi-instruksi yang kompleks
  • Mengidentifikasi dan membedakan objek yang mirip

6. Fase usia 2-3 tahun

Pada fase ini, psikologi perkembangan kognitif Si Kecil makin maju. Fase ini memungkinkan anak untuk melakukan eksplorasi hal-hal yang rumit. Beberapa karakteristik yang bisa dilihat adalah:

  • Meniru perilaku orang dewasa yang lebih kompleks. 
  • Merespons instruksi yang lebih rumit
  • Melakukan identifikasi dan kategorisasi benda-benda

7. Fase usia 3-4 tahun

Perkembangan kemampuan kognitif Si Kecil makin jelas dengan perkembangan kemampuan sosialnya. Sejumlah ciri khas di fase ini adalah:

  • Melakukan analisis berbagai fenomena di sekitarnya
  • Sering bertanya alasan atas setiap kejadian
  • Dapat melakukan identifikasi benda berdasarkan warna

8. Fase usia 4-5 tahun

Kematangan kemampuan kognitif Si Kecil makin jelas. Bunda dapat merasakan Si Kecil mulai memahami konsep abstrak sehari-hari. Sebagian karakteristik perkembangan kognitif di usia ini adalah:

  • Mampu mengidentifikasi warna-warni yang lebih rumit.
  • Mengerti konsep waktu.
  • Menggambar benda yang jadi bagian dari lingkungannya.

Contoh Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Berdasarkan jenisnya, perkembangan kognitif terbagi dalam 7 aspek, yaitu auditory, visual, taktil, kinestetik, aritmatika, geometri, dan aspek sains permulaan. Berikut ini adalah contoh perkembangan kognitif anak usia dini berdasarkan 7 aspek tersebut:

1. Aspek auditory

Perkembangan kemampuan terkait bunyi/suara, seperti kemampuan mendengar sekumpulan bunyi benda, kalimat, dan kata. Contohnya mendengar nyanyian, mendengar bunyi alat musik, mendengarkan cerita, mengikuti tempo suara dengan tepuk tangan, menebak lagu, mengetahui asal bunyi, mengikuti perintah verbal.

2. Aspek visual

Perkembangan kemampuan terkait visual, seperti penglihatan, perhatian, dan pengamatan. Contohnya adalah menyusun puzzle, menyusun balok, mengenali nama benda, dan mengenali angka dan huruf.

3. Aspek taktil

Perkembangan kemampuan terkait indra peraba atau mengenali tekstur sehingga memiliki kesadaran akan tekstur benda. Contoh aktivitasnya seperti bisa membedakan tebal tipis, membedakan panas dingin, bermain air, bermain pasir, atau meremas kertas.

4. Aspek kinestetik

Aspek ini berhubungan dengan kemampuan kelancaran gerak motorik halus. Contoh aktivitas aspek kinestetik adalah melukis, menggunting, berjalan, berlari, dan melompat.

5. Aspek aritmatika

Perkembangan kemampuan terkait kemampuan berhitung dan kemampuan dasar matematika bagi anak usia dini. Contoh aktivitasnya adalah menghitung benda, mengenali angka, mengumpulkan benda sesuai jumlah angka, atau menjalankan prosedur matematika dasar (tambah, kali, kurang, dan bagi).

6. Aspek geometri

Perkembangan anak usia dini yang terkait dengan konsep ukuran atau bentuk objek. Contoh aktivitasnya adalah mengukur benda atau memilih benda berdasar ukuran, warna, dan bentuk. Contoh lain adalah membandingkan benda berdasar bentuk dan ukurannya.

7. Aspek sains permulaan

Perkembangan kemampuan anak usia dini terkait  percobaan, eksplorasi, dan demonstrasi dengan pendekatan sains atau logika. Contoh aktivitasnya seperti menjalankan percobaan fisika sederhana, eksplorasi berbagai benda di lingkungan, dan berdiskusi tentang suatu objek atau fenomena tertentu.

Ketika perkembangan kognitif ini tidak muncul pada Si Kecil, Bunda perlu melakukan deteksi dini terkait tumbuh kembangnya. Pertama yang Bunda perlu lakukan adalah mengetahui apa penyebabnya dan setelah itu mencari solusinya. Jika Bunda tertarik menemukan solusi dari masalah ini, baca artikel berikut ya: Gangguan Kognitif Anak dan Cara Mengatasinya.

Cara Mengembangkan Kognitif Anak Usia Dini

Teori dan penjelasan yang Bunda baca di atas dapat dipraktikkan dalam banyak aktivitas sehari-hari dan sederhana. Ada banyak aktivitas yang bisa menjadi cara mudah untuk mengembangkan kognitif anak usia dini.

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh Bunda dalam mengembangkan kognitif anak usia dini? berikut 6 cara yang dapat Bunda lakukan untuk mengembangkan kognitif Si Kecil.

1. Bermain

Aktivitas bermain mampu memberikan rangsangan pada untuk melakukan konsolidasi sejumlah pengetahuan dan kemampuan kognitif sehingga dapat berjalan efektif.

Selain itu, bermain merupakan wahana Si Kecil melakukan eksplorasi dan eksperimen berbagai jenis konsep kehidupan.

2. Bercerita

Aktivitas bercerita merangsang psikologi perkembangan kognitif. Aktivitas ini memungkinkan Si Kecil mengenali sejumlah bentuk emosi dan ekspresi manusia. 

Daya imajinasi, kemampuan berbicara, dan daya kreativitas juga bisa dirangsang dari aktivitas bercerita. Hubungan batin antara Bunda dan Si Kecil juga makin erat bila Bunda konsisten memakai cara ini.

3. Piknik

Piknik menjadikan Si Kecil memiliki kesempatan untuk mengamati dunia lebih konkret dan mendalam. Lokasi piknik bukan hanya area public-space. Berkunjung ke rumah saudara jauh juga bisa disebut piknik.

Manfaat piknik bagi kognitif Si Kecil adalah mendapat informasi yang lebih luas, merangsang minat, dan mendapatkan pengalaman baru.

4. Eksperimen 

Eksperimen dilakukan sebagai salah satu cara mengalami serta membuktikan sendiri apa yang dipelajari. Eksperimen sebaiknya dilakukan dengan keterlibatan Bunda atau orang dewasa lain. 

Manfaat eksperimen bisa sebagai sarana pengenalan terhadap suatu fenomena, bisa juga menjadi model pembelajaran pada tahap perkembangan kognitif peserta didik.

5. Tanya jawab

Tanya jawab merupakan cara lain mengembangkan kognitif anak usia dini. Dengan cara ini, anak memiliki pengalaman belajar. Tanya jawab dapat dilakukan secara dua arah. Bunda bertanya ke Si Kecil atau sebaliknya.

Manfaat cara ini adalah untuk melakukan evaluasi, memberi stimulasi Si Kecil untuk lebih aktif berpikir, dan memberi sesuatu untuk diperhatikan.

Setelah mengetahui penjelasan di atas, jadi untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, orang tua perlu memberikan stimulasi pada Si Kecil untuk merangsang perkembangan kognitifnya. Cari tahu stimulasi yang tepat untuk Si Kecil, yuk.