Manfaat dan Gangguan Plasenta pada Kehamilan

Morinaga Platinum ♦ 17 Oktober 2020

Plasenta adalah organ yang terbentuk dan menempel pada dinding rahim sejak awal kehamilan. Organ ini berfungsi untuk menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin agar dapat tumbuh dan berkembang di dalam kandungan. Oksigen dan nutrisi dibawa melalui aliran darah ibu kemudian menembus plasenta yang kemudian disalurkan ke janin melalui tali pusar. Melalui plasenta inilah semua nutrisi yang Bunda konsumsi bisa sampai kepada Si Kecil.

Manfaat plasenta bagi kehamilan

Plasenta merupakan organ tubuh yang tumbuh bersama janin yang menghubungkan Bunda dengan janin di dalam rahim. Organ ini terdiri atas 200 lebih pembuluh darah halus yang terbentuk sejak pertama kehamilan dan terbentuk sempurna pada usia kehamilan 16 minggu. Kondisi kesehatan janin sangat bergantung pada plasenta sehingga peran plasenta bagi kehamilan tidak bisa dianggap sepele. Berikut ini beberapa manfaat plasenta bagi kehamilan:

 

  • Sumber nutrisi janin

Plasenta menyalurkan nutrisi bagi proses pertumbuhan janin sejak minggu pertama kehamilan hingga saat persalinan. Organ ini menyuplai nutrisi ke janin yang dibawa melalui aliran darah lalu disalurkan oleh tali pusar ke janin. Selain itu, plasenta juga menyuplai oksigen yang dibutuhkan untuk janin tumbuh dan berkembang.

 

  • Membuat janin lebih bersih

Plasenta juga berfungsi untuk membuang zat-zat sampah seperti karbon monoksida dan urin dari tubuh janin. Zat-zat sampah ini kemudian akan diteruskan ke alirah darah Bunda untuk kemudian dibuang oleh sistem pembuangan dalam tubuh Bunda.

 

  • Menjaga daya tahan tubuh bayi

Vitamin yang dikonsumsi ibu akan masuk ke tubuh bayi lewat plasenta, sehingga bayi akan memperoleh kekebalan tubuh dan antibodi terhadap penyakit. Kekebalan tubuh ini dapat bertahan hingga usia bayi 4 bulan setelah dilahirkan.

 

  • Sebagai pelindung bayi

Plasenta memlindungi bayi terhadap bakteri dan kuman yang ada di dalam tubuh ibu sehingga bayi di dalam kandungan tetap dalam keadaan sehat. Selain itu, plasenta juga menjadi penghalang agar sel-sel bayi tidak masuk ke dalam aliran darah ibu sehingga bayi tidak dianggap sebagai sel asing oleh tubuh ibu.

 

  • Penghasil hormon

Plasenta juga bermanfaat untuk menghasilkan hormon yang diperlukan oleh ibu dan bayi selama salam kandungan. Beberapa hormon yang dihasilkan plasenta adalah hormon placental lactogen (HPL), relaksin, oksitosin, progesteron, dan estrogen.

Gangguan plasenta pada kehamilan

Plasenta memegang peran yang penting pada kehamilan karena berfungsi sebagai penyuplai nutrisi dan oksigen ke janin. Itulah mengapa ketika plasenta mengalami gangguan, kondisi janin pun juga dapat terancam. Berikut ini beberapa kondisi kehamilan yang menyebakan gangguan plasenta:

 

  • Abrupsi plasenta (placental abruption)

Abrupsi plasenta terjadi ketika plasenta meluruh dari dinding rahim sebelum waktu persalinan. Gangguan ini dapat terjadi pada sebagian atau seluruh bagian plasenta yang menyebabkan terputusnya suplai nutrisi dan oksigen untuk bayi. Abrupsi plasenta dapat terjadi di saat usia kehamilan melewati 20 minggu. Gangguan ini memiliki gejala seperti pendarahan vagina, rasa nyeri, kontraksi, dan kram perut pada ibu hamil. Pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat menyebabkan persalinan prematur.

 

  • Plasenta previa

Plasenta previa terjadi ketika plasenta menutup sebagian atau seluruh bagian mulut rahim sehingga akan mempersulit jalan lahir bayi. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan parah pada vagina sebelum waktu bersalin. Plasenta previa biasanya terjadi di awal kehamilan dan dapat berkembang seiring perkembangan rahim. 

 

  • Plasenta akreta

Plasenta akreta adalah kondisi ketika jaringan plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi ini akan menyebabkan ibu hamil mengalami pendarahan di trimester ketiga dan kehilangan banyak darah setelah bersalin. Kondisi yang lebih serius dapat terjadi jika plasenta menempel di otot rahim (plasenta inkreta) dan ketika plasenta tumbuh melewati dinding rahim (plasenta perkreta). Situasi yang serius ini biasanya ditangani dengan operasi caesar dan pada sebagian besar kasus dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.

 

  • Retensi plasenta (retensio placenta)

Retensi plasenta terjadi ketika plasenta tertahan dan tetap menempel pada dinding rahim ketika proses persalinan. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena akan membuat ibu hamil kehilangan banyak darah dan juga dapat membahayakan nyawa.

 

  • Insufisiensi plasenta (placental insuffiency)

Insufisiensi plasenta terjadi pada kondisi ketika plasenta tidak berkembang sempurna atau rusak saat kehamilan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh aliran darah sang ibu yang tidak mencukupi di masa kehamilan sehingga dapat menyebabkan janin tidak dapat berkembang. Selain itu, insufisiensi plasenta juga bisa menyebabkan kelainan (cacat bawaan lahir) pada janin, persalinan prematur, hingga berat badan rendah saat lahir. Biasanya insufisiensi plasenta juga disebabkan oleh anemia, diabetes, hipertensi, merokok, efek samping obat-obatan dan gangguan pembekuan darah pada ibu.

Cara mencegah gangguan plasenta

Gangguan plasenta dapat disebabkan oleh banyak hal. Namun pada sebagian besar kasus, gangguan plasenta tidak diketahui apa penyebabnya. Untuk itu, agar kondisi plasenta pada ibu hamil tetap sehat dan tidak ada gangguan, sebaiknya Bunda mengonsumsi makan-makanan bernutrisi dan hindari kebiasaan buruk yang dapat menggangu kehamilan seperti merokok, stres dan kurang tidur.

Selain itu, segera periksakan diri ke dokter jika Bunda mengalami gangguan plasenta yang ditandai dengan gejala-gejala sakit perut, nyeri punggung yang tidak tertahankan, pendarahan vagina, dan kontraksi terus menerus sebelum waktu bersalin. Pemeriksaan gangguan plasenta sejak dini dapat menjadi antisipasi guna menentukan langkah persalinan yang terbaik bagi ibu dan janin. 

Semoga informasinya bermanfaat, Bun! Pelajari lebih lanjut tentang plasenta previa dengan membaca artikel ini, yuk: Plasenta Previa: Penyebab dan Cara Mengatasinya. Selain mengetahui gangguan pada plasenta, kenali juga kista ovarium yang rentang dialami ibu hamil saat memasuki trimester kedua. Pelajari lebih lanjut dengan membaca artikel ini, yuk: Penyebab Kista Ovarium dan Cara Mendeteksi Gejala Awal

 

Lihat Artikel Lainnya