Pembuahan sel telur oleh sperma merupakan proses awal kehamilan. Setelah sel telur dibuahi, ovum bergerak dan menempel pada dinding rahim. Apabila terjadi kehamilan di luar rahim, maka bisa menyebabkan rasa nyeri yang hebat, komplikasi, dan mengalami pendarahan. Kondisi tersebut dikenal dengan kehamilan ektopik.
Bunda perlu mengetahui bahwa perbedaan antara hamil normal dan ektopik terjadi pada letak pertumbuhan janin. Ektopik terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel pada tuba falopi, rongga perut, ataupun di serviks.
Nah, supaya Bunda memahami penyebab, gejala, pengobatan, serta pencegahan kehamilan ektopik, berikut penjelasan lengkapnya.
Kehamilan yang terjadi di luar rahim bisa disebabkan beberapa faktor. Mulai dari penyempitan tuba falopi, faktor genetik, organ reproduksi yang berkembang tidak normal, terjadi inflamasi karena infeksi, dan hormon tidak seimbang. Sejumlah faktor pada Bunda yang sedang hamil juga mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik, seperti pernah keguguran sebelum kehamilan terakhir dan mengalami penyakit tuba falopi.
Hal ini Penyebab kehamilan ektopik kerap kali di luar perhitungan perencanaan kehamilan. Artinya, Bunda dan pasangan perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadi kehamilan di luar rahim. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
Gejala dari tempat bertumbuhnya bakal janin yang tidak di dalam dinding rahim ini bisa dikenali sebelum usia kehamilan 3 bulan dan bisa juga dirasakan setelahnya. Ciri-ciri kehamilan ektopik antara lain merasakan nyeri ketika buang air kecil dan buang air besar, bahu hingga perut bawah terasa nyeri, kaki beserta tangan terasa dingin, pandangan kabur, warna kulit lebih pucat, dan jantung berdetak kencang.
Selain gejala di atas, seorang wanita dengan kehamilan ektopik juga mengalami pendarahan sehingga perlu mendapatkan penanganan cepat dari dokter kandungan.
Memastikan hamil normal maupun kehamilan ektopik tidak bisa hanya dengan testpack. Bahkan pada kasus tertentu testpack bisa menunjukkan hasil negatif ketika mengalami hamil di luar rahim. Itu menandai bahwa setiap kali merasakan ketidaknyamanan pada tubuh, maka direkomendasikan segera memeriksakan diri ke dokter kandungan.
Gejala-gejala di atas mungkin bisa dialami tidak hanya satu kali. Kehamilan ektopik juga kemungkinan dialami berulang dan berbahaya bagi pasien.
Kehamilan di luar rahim menyebabkan efek buruk. Oleh karena itu, kehamilan yang tidak tumbuh dalam rahim perlu segera ditangani supaya tidak berdampak buruk seperti kondisi berikut ini:
Pecahnya tuba falopi
Kondisi hamil dimana sel telur tidak menempel pada dinding rahim, atau paling sering di tuba falopi. Ini bisa menyebabkan tuba falopi pecah secara tak terduga disertai dengan rasa nyeri yang hebat sekitar panggul, perut, serta mengalami pendarahan, kulit pucat, lemas, hingga pingsan.
Peluang hamil normal menurun
Kondisi paling parah dari terjadinya kehamilan di luar rahim adalah pengangkatan tuba falopi. Dilansir laman American Society for Reproductive Medicine, seorang wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik memiliki peluang lebih rendah untuk hamil lagi. Selain itu, peluang untuk mengalami kehamilan ektopik lagi lebih tinggi.
Peluang untuk memiliki bayi masih bisa meskipun telah mengalami kehamilan ektopik 2 kali atau lebih. Wanita dengan kondisi tersebut mungkin memiliki penyakit tuba dan kemungkinan hamil bisa ditempuh dengan IVF (in vitro fertilization) atau bayi tabung.
Mengalami trauma
Karena rasa sakit yang hebat, merasa kehilangan peluang hamil, hingga syok, bisa menyebabkan trauma bagi pasien. Tetapi berdasarkan fakta yang terjadi, dilansir Mayo Clinic, banyak wanita dengan kondisi kehamilan seperti ini bisa hamil kembali sehingga Bunda perlu tetap menjaga kesehatan baik fisik dan mental setelah mengalami kehamilan ektopik.
Bagi Bunda yang sedang mengandung, sejak mendapatkan hasil positif dari testpack, baiknya segera berkonsultasi dan periksa ke dokter kandungan. Ini dilakukan untuk memastikan kesehatan Bunda dan calon janin dalam rahim.
Nah, apabila menemukan dan merasakan kondisi tubuh tidak nyaman maka perlu segera ke dokter. Tidak ada aturan pasti mengenai kapan perlu ke dokter kandungan, sebab ini tergantung pada kondisi yang dirasakan oleh Bunda. Apalagi ketika mengalami pendarahan dari vagina dengan warna darah yang lebih gelap dari darah menstruasi.
Diagnosis dilakukan dokter dengan pemeriksaan USG transvaginal untuk memastikan letak calon janin secara akurat dan kondisi organ reproduksi Bunda yang sedang mengandung.
Selain itu, dokter akan memeriksa lewat tes darah dan hormon yang aktif ketika masa kehamilan. Jika hormon kehamilan yang meliputi progesteron dan hCG lebih rendah daripada kehamilan normal, maka berpotensi didiagnosa sebagai kehamilan ektopik.
Sel telur yang telah dibuahi bertempat di luar dinding rahim kemungkinan tumbuh dengan normal sangat kecil. Tetapi ada tiga cara pengobatan yang umumnya dilakukan dokter kandungan. Ketiganya akan disesuaikan dengan kondisi Bunda dan sel jaringan yang tumbuh di tuba falopi, antara lain pengobatan dengan cara berikut:
Pengobatan pertama dengan operasi laparoskopi. Tindakan medis ini dikenal dengan operasi lubang kunci di bawah prosedur dari dokter kandungan. Dengan mengangkat jaringan ektopik pada tuba falopi atau jaringan ektopik. Apabila kondisi memungkinkan, jaringan bisa hanya diperbaiki tanpa proses pengangkatan sehingga meningkatkan peluang hamil kondisi Bunda sudah sehat.
Obat yang disuntikkan pada cara pengobatan kedua ini berfungsi menghentikan pertumbuhan sel ektopik sekaligus menghancurkan jaringan yang sudah terbentuk. Setelah diberikan suntik methotrexate, hormon pasien akan dipantau setiap 2 hingga 3 hari sampai menurun. Kehamilan sudah tidak lagi berkembang dan ditandai dengan menurunnya hormon hCG.
Operasi laparotomi akan dilakukan ketika pasien mengalami pendarahan berat dan bersifat darurat. Dokter kandungan akan membuat sayatan di perut untuk mengangkat jaringan ektopik dan tuba falopi yang pecah.
Kehamilan ektopik penting sekali untuk didiagnosis lebih awal sebelum tuba falopi pecah. Mengutip dari American Society for Reproductive Medicine, semakin dini mengenali kehamilan di luar rahim nantinya ginekolog hanya perlu mengangkat jaringan ektopik dan membiarkan tuba falopi tetap pada tempatnya. Setelah menjalani laparoskopi, pengobatan selanjutnya dengan operasi tambahan atau dengan terapi methotrexate.
Dilansir The Ectopic Pregnancy Trust, secara statistik peluang untuk hamil dengan sehat setelah 18 bulan mengalami kehamilan ektopik sejumlah 65 persen. Beberapa penelitian menunjukkan peluang meningkat menjadi sekitar 85 persen setelah 24 bulan.
Hamil di luar kandungan tidak bisa dicegah dan diduga, ini berarti perlu segera ditangani apabila mengalaminya dan mendapatkan rekomendasi terbaik dari dokter kandungan. Sebagai cara pencegahan, setiap pasangan perlu menjaga kebiasaan seperti:
Bagi pasangan yang merencanakan punya buah hati, agar tidak mengalami kehamilan ektopik perlu menjaga kondisi fisik serta mental. Ubah pola hidup sehingga lebih sehat dan siap menyambut hadirnya sang buah hati. Ditambah lagi, pasangan perlu tetap berpikiran positif supaya terhindar dari stres dan kecemasan.
Kehamilan ektopik adalah salah satu dari beberapa gangguan kehamilan yang berpotensi dialami oleh ibu hamil. Waspadai gangguan kehamilan lainnya di artikel berikut ini: Sering Diabaikan, Ternyata Ini Tanda Kehamilan Terganggu
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Kehamilan Ektopik: Penyebab, Gejala, hingga Pencegahannya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?