Artikel Terbaru Artikel Terbaru

Jadwal Imunisasi Anak Anjuran IDAI, Sudahkah Bunda Tahu?

Morinaga Platinum ♦ 18 Januari 2022

Jadwal Imunisasi Anak Anjuran IDAI, Sudahkah Bunda Tahu?

Mengetahui jadwal imunisasi anak merupakan bagian yang sangat penting dalam menjaga kesehatan Si Kecil dan mendukung tumbuh kembangnya. Mengutip dari United Nations Children's Fund (UNICEF), Si Kecil yang tidak mendapatkan imunisasi dasar akan lebih rentan terserang penyakit berbahaya, dan rentan mengalami malnutrisi. Oleh karena itu, pemberian imunisasi dasar sesuai jadwal sangat penting untuk tumbuh kembang Si Kecil. 

Apa Itu Imunisasi?

Imunisasi (vaksin) adalah langkah perlindungan kesehatan anak dari berbagai penyakit berbahaya, dengan menyuntikkan mikroorganisme berupa bakteri atau virus yang dilemahkan. Dengan begitu, akan terjadi pembentukan kekebalan tubuh sebagai bentuk pencegahan terhadap penyakit. 

Manfaat Imunisasi Bagi Anak

Imunisasi (vaksinasi) bermanfaat untuk memperkuat sistem kekebalan Si Kecil dan melindunginya dari berbahai penyakit berbahaya. Sebab, ada beberapa benyakit serius yang tidak dapat dilawan oleh sistem kekebalan tubuh yang ia miliki sejak lahir. Apabila dikemudian hari Si Kecil terserang penyakit, tubuh sudah mengenali varian penyakit tersebut dan membentuk antibodi sehingga resiko penyakit dapat diminimalisir.

Tak semata melindungin Si Kecil, vaksinasi juga berarti melindungi orang lain, Bun. Sebab, virus dapat menyebar dengan cepat dari satu orang ke orang lainnya. 

Apakah Imunisasi Aman untuk Anak?

Pemberian imunisasi kepada anak-anak aman dilakukan, sebab imunisasi harus melalui sejumlah pengujian dan evaluasi keamanan yang ekstensif sebelum disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk bisa diedarkan di Indonesia.

Meskipun begitu, aja sejumlah efek samping yang umumnya akan dialami anak-anak setelah vaksinasi. 

Efek Samping Imunisasi

Ada sejumlah efek jangka pendek yang muncul setelah vaksinasi dilakukan, yang disebut dengan KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi). Efek samping ini merupakan sesuatu yang wajar dan normal terjadi. Dalam banyak kasus, efek samping hanya terjadi dalam kurun waktu 1-3 hari.

Biasanya, KIPI yang dirasakan anak setelah vaksinasi adalah panas atau nyeri di area bekas suntikan. Naiknya suhu tubuh anak bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan berlebihan, Bun. Sebab, Bunda dapat menanganinya secara mandiri di rumah. Ikuti panduannya dalam artikel berikut yuk: Cara Mengatasi Bayi Demam Setelah Imunisasi

Untuk mengatasi sejumlah efek samping tersebut, Bunda juga bisa langsung berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. 

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan 

Dikutip dari IDAI, sebelum mendapatkan imunisasi, orangtua dianjurkan dan memberitahukan hal-hal yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko KIPI, seperti berikut ini:

  • Pernah mengalami KIPI yang berat pada imunisasi sebelumnya,
  • Alergi terhadap bahan yang juga terdapat di dalam vaksin,
  • Sedang mendapat pengobatan steroid, radioterapi atau kemoterapi,
  • Menderita sakit yang menurunkan imunitas (leukimia, kanker, HIV/AIDS),
  • Tinggal serumah dengan orang lain yang imunitasnya menurun (leukimia, kanker, HIV / AIDS),
  • Tinggal serumah dengan orang lain dalam pengobatan yang menurunkan imunitas (radioterapi, kemoterapi, atau terapi steroid)
  • Pada bulan lalu mendapat imunisasi yang berisi vaksin virus hidup (vaksin campak, poliomielitis, rubella),
  • Pada 3 bulan yang lalu mendapat imunoglobulin atau transfusi darah.

Jadwal Imunisasi Anak 

Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak yang direkomendasikan oleh IDAI, yaitu:

Hepatitis B

Diberikan sebanyak 4 kali sejak Si Kecil dilahirkan. Suntikan pertama diberikan saat hari kelahiran, lalu dilanjutkan secara berurutan pada usia 2, 3, serta 4 bulan.

Poliomyelitis (polio)

Diberikan kepada Si Kecil sebelum berusia 1 bulan. Lalu diberikan secara berurutan di usia 2, 3, dan 4 bulan.

Tuberkulosis (BCG)

BCG hanya diberikan 1 kali saat Si Kecil berusia 2-3 bulan. Penting bagi Bunda untuk memahami gejala TB paru agar menyadari betapa signifikannya imunisasi BCG dalam melindungi Si Kecil dari penyakit ini. Untuk informasi lebih lanjut, baca di sini: Gejala dan Cara Mengobati Flek Paru-paru pada Anak.

DPT

Imunisasi DPT-HB-HiB diberikan secara berurutan saat bayi berusia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Tujuannya, untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. 

Pneumokokus (PCV)

Imunisasi pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Haemophilus Influenza tipe b (Hib). DPT-HB-HiB juga bisa dilanjutkan saat anak berusia 5-7 tahun. 

Imunisasi campak

Imunisasi campak diberikan secara berurutan di usia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Kemudian, dosis kedua paling telat diberikan pada usia 2 tahun, yang menjadi semacam penutup imunisasi wajib bagi Si Kecil.

Nah, Bunda perlu mengetahui jika Bunda berpatokan ke jadwal imunisasi IDAI, lalu ingin mendapatkan imunisasi tambahan di luar yang tertera dalam buku KIA, maka Bunda dapat berkonsultasi ke dokter anak atau rumah sakit. 

Hal yang Perlu Dilakukan Jika Imunisasi Terlambat

Masalah yang sering dijumpai dalam linimasa jadwal imunisasi adalah anak telat mendapat dosis vaksin. Contohnya, anak tidak mendapat dosis imunisasi campak di usia 24 bulan. Lalu, apa yang bisa Bunda lakukan sudah terlambat? Ada 2 tindakan penting yang bisa Bunda lakukan saat Si Kecil terlambat mendapat dosis vaksin.

Tindakan pertama adalah tetap tenang dan menghindari kepanikan. Tindakan kedua adalah berkonsultasi dengan dokter. Dengan begitu, dokter akan memberikan sejumlah pertimbangan dan tindakan atas kondisi Si Kecil. Pada dasarnya, imunisasi anak tidak mengenal kata terlambat. Oleh sebab itu, Si Kecil tetap bisa mendapatkannya meski sudah terlambat. 

Akan tetapi, Bunda tetap harus memahami bahwa berkonsultasi dengan dokter atau otoritas tenaga kesehatan adalah hal penting. Tujuannya agar Si Kecil kesayangan mendapat penanganan yang baik. Saat berkonsultasi, jangan pernah ragu memberikan keterangan dan bertanya tentang kondisi Si Kecil.

Imunisasi anak yang baik dapat tercapai karena peran banyak pihak. Tidak hanya peran Bunda dan keluarga, tapi juga peran dokter serta tenaga kesehatan.