Artikel Terbaru Artikel Terbaru

Penyebab Obesitas pada Anak dan Gejala Umumnya

Morinaga Platinum ♦ 12 Mei 2022

Penyebab Obesitas pada Anak dan Gejala Umumnya

Obesitas pada anak adalah kondisi berat badan yang berlebihan sehingga berdampak buruk bagi kesehatannya. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini pada Si Kecil dapat bertahan hingga ia dewasa.

Dampak buruk dari kondisi ini dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes, darah tinggi, dan kolesterol di usia muda. Selain itu, juga bisa berpengaruh terhadap rendahnya rasa percaya diri anak.

Gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan dan asupan makanan yang tidak terkontrol pada anak, disinyalir menjadi penyebab utamanya. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan terkait obesitas pada anak berikut ini, yuk.

Penyebab Obesitas pada Anak

Semakin tidak terkontrol asupan makanan, maka akan semakin tinggi risiko anak terkena obesitas. Terdapat berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan obesitas pada anak, yaitu sebagai berikut:

1. Kebiasaan Makan Junk Food

Siapa yang tidak suka junkfood? Akan tetapi, makanan cepat saji yang dikonsumsi secara rutin dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Makanan cepat saji mengandung kalori yang tinggi, gula dan juga sodium. Hal ini dapat mengakibatkan anak dapat mengalami masalah penyakit jantung di kemudian hari.

Bunda, anak tidak mengapa diberi makanan cepat saji, namun pastikan Bunda selalu membatasinya. 

2. Riwayat Obesitas Keluarga

Selain makanan cepat saji, penyebab selanjutnya adalah faktor genetika yang dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Jika salah satu atau kedua orang tua mengalami obesitas, maka tidak jarang anak juga mengalami obesitas.

Tidak hanya warisan keluarga yang mempengaruhi, pada umumnya satu keluarga memiliki pola makanan yang sama. 

3. Tidak Pernah Berolahraga

Faktor selanjutnya adalah karena tubuh anak yang jarang bergerak. Sehingga, kalori-kalori yang menumpuk akan menjadi lemak dalam tubuh dan menyebabkan obesitas.

Bunda, pastikan selalu mengajak anak untuk aktif bergerak. Bunda bisa lakukan dengan cara mengajak olahraga bersama-sama keluarga, seperti lari pagi dan bersepeda bersama.

Selain bisa dengan olahraga bersama, Bunda bisa sertakan anak untuk mengikuti berbagai kegiatan olahraga di luar sekolah seperti kelas gym anak, atau les berenang agar anak semakin aktif bergerak. 

4. Makanan dan Minuman Tinggi Gula

Kandungan gula yang berlebihan pada makanan dan minuman dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Pada umumnya, anak menyukai makanan dengan rasa yang manis seperti permen, coklat dan donat. Dengan bentuk dan warna yang beragam, maka anak sangat tertarik untuk memakannya.

Minuman tinggi gula dengan juga termasuk soda, jus, dan minuman kemasan lainnya yang bisa menyebabkan obesitas pada anak.

Pastikan Bunda batasi makanan dan minuman anak, yang mengandung tinggi gula. 

Bahaya Obesitas pada Anak

Setelah kita membahas tentang penyebab-penyebab obesitas pada anak, berikut merupakan dampak bahaya yang dapat ditimbulkan karena obesitas pada anak:

1. Diabetes

Penyakit diabetes tidak hanya diderita oleh orang dewasa, lho. Ternyata anak juga dapat menderita penyakit diabetes. Pada umumnya, diabetes karena obesitas adalah jenis obesitas tipe 2. 

2. Kolesterol Tinggi

Selain penyakit diabetes yang dapat diderita anak karena obesitas, kolesterol tinggi juga merupakan bahaya yang dapat terjadi karena obesitas. Ketika anak mengalami kolesterol tinggi, maka akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan juga stroke di kemudian hari. 

3. Gangguan Asma

Gangguan pernapasan juga menjadi akibat bahaya dari obesitas. Ketika anak mengalami berat badan yang signifikan, maka akan berpengaruh pada pernapasan, yaitu penyempitan pada saluran pernafasan. Sehingga, risiko penyakit asma akan meningkat.

4. Sleep Apnea

Gangguan tidur yang pada Si Kecil yang menyebabkan pernapasannya berhenti sementara dan kondisi ini bisa berulang-ulang selama ia sedang tidur. Jenis sleep apnea yang umum dialami adalah Obstructive Sleep Apnea (OSA). Terjadinya kondisi ini dipicu adanya sumbatan yang menghalangi saluran pernapasan sehingga menyebabkan berkurangnya atau terhentinya aliran udara. Tanda umum Si Kecil mengalami gangguan ini umumnya ditandai dengan dengkuran keras, mulut kering saat bangun, dan nyeri kepala.

5. Osteoartritis

merupakan kelainan degeneratif yang menyebabkan nyeri dan kaku pada persendian Si Kecil sehingga ini menyebabkan kesulitan atau keterbatasan dan menggerakkan tubuh. Jenis osteoartritis yang paling sering dialami oleh Si Kecil adalah Juvenile Idiopathic Arthritis. Jenis ini termasuk penyakit autoimun yang menyebabkan masalah pada jaringan dan sel-sel tubuh. Gejala dari penyakit ini adalah sendi bengkak, nyeri, demam, dan ruam pada kulit.

Selain memunculkan gangguan kesehatan, obesitas juga dapat memicu dampak sosial bagi SI Kecil, misalnya menjadi mudah mengalami depresi, kurang percaya diri, menjauh dari lingkungan sosial, dan bisa menjadi korban bullying.

Dengan adanya bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh obesitas, Bunda juga perlu periksa dengan rutin kadar gula, kolesterol dan berat badan anak. 

Gejala Obesitas pada Anak

Si Kecil yang mengalami obesitas akan menunjukkan beberapa gejala. Berikut tanda-tanda yang harus Bunda kenali, antara lain:

  • Perut yang terlihat buncit: Tanda perut yang membesar merupakan salah satu gejala obesitas yang paling mudah terlihat. 
  • Leher yang terlihat pendek: Saat anak mengalami kegemukan, maka lipatan pada dagu akan menyebabkan leher terlihat lebih pendek.
  • Mengalami pubertas yang lebih cepat: Untuk anak perempuan yang mengalami obesitas, usia pubertasnya lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan yang tidak obesitas. 
  • Wajah yang tembem: Hal ini disebabkan oleh lemak yang tertimbun pada bagian wajah. Mungkin anak yang tembem, sangat menggemaskan. Namun jika berlebihan, tidak aman.
  • Indikator Indeks massa tubuh (IMT): Untuk memeriksa anak mengalami obesitas, Bunda bisa coba menghitung indeks massa tubuhnya yang akan dibahas di bawah ini.

Cara Mengetahui Obesitas dengan Perhitungan IMT

Indeks massa tubuh (IMT) digunakan untuk menentukan kategori berat badan dengan membandingkan berat dan tinggi badan.

Berikut merupakan cara menghitung obesitas pada anak, yang dikutip dari situs web Kementerian Kesehatan RI:

Rumus: IMT = BB (kg) / TB2 (M)

Misalnya, Si Kecil memiliki berat 30 kg dan tinggi badannya 1,25 meter. Untuk menghitung IMT anak, maka:

IMT = 30 : (1,25 x 1,25)

IMT = 19,2 kg/m2

Setelah mengetahui angka IMT-nya, kemudian Bunda cek klasifikasi IMT di bawah ini dan susuaikan angkanya. Dari data perhitungan IMT tersebut, Si Kecil masih tergolong normal.

Klasifikasi IMT

Berikut klasifikasi berat Si Kecil berdasarkan perhitungan IMT:

  • Berat badan kurang (Underweight): < 18,5 kg/m2
  • Berat badan normal: 18,5-22,9 kg/m2
  • Kelebihan berat badan (Overweight) dengan risiko: 23-24,9 kg/m2
  • Obesitas: 25-29,9 kg/m2
  • Obesitas II: ≥ 30 kg/m2

Dari klasifikasi ini Bunda memahami kapan Si Kecil dikatakan obesitas. Jadi, untuk mengetahui apakah Si Kecil termasuk dalam kategori obesitas atau tidak, maka hal yang harus dilakukan adalah dengan mengukur IMT-nya. Si Kecil dikatakan obesitas jika IMT-nya 25-29,9 kg/m2 dan ≥ 30 kg/m2 untuk Obesitas II.

Cara Mengatasi Obesitas pada Anak

Ketika Bunda khawatir akan dampak yang berpotensi dialami Si Kecil yang mulai menunjukkan tanda-tanda mengalami obesitas atau malah sudah termasuk dalam kategori obesitas, ada beberapa hal yang dapat Bunda lakukan untuk menangani kondisi ini, antara lain:

  • Ajak anak olahraga secara teratur.
  • Perhatikan pola makan anak, pastikan Bunda mengurangi memberi makanan yang mengandung lemak dan gula yang tinggi. 
  • Berikan anak makan dengan porsi yang cukup sesuai dengan tingkat usianya.
  • Mengurangi konsumsi minuman-minuman manis dalam kemasan, dan soft drink
  • Mengurangi konsumsi makanan junk food, yang memiliki kandungan kalori yang tinggi. 
  • Ganti camilan anak dengan buah, sayur dan juga kacang-kacangan. Hindari atau kurangi camilan seperti contoh snack keripik kentang dengan kadar garam yang tinggi. 
  • Pastikan konsumsi air tercukupi sepanjang hari
  • Selain cara-cara tersebut, Bunda juga harus senantiasa menyemangatinya. Karena peran terbesar dalam penanganan obesitas anak, merupakan dukungan dari orangtua. 

Nah, itulah pembahasan mengenai bahaya-bahaya dan juga cara-cara yang dapat Bunda lakukan untuk mengatasi obesitas pada anak. Bunda jangan patah semangat, karena diperlukan niat dan kesabaran untuk mengatasi obesitas anak. Semoga bermanfaat artikel kali ini ya, Bunda.

Selain itu, sebaiknya Bunda juga mengetahui berat badan ideal sesuai usia anak sehingga Bunda dapat mengetahui apakah berat badan Si kecil sudah memasuki kriteria ideal atau masih tergolong obesitas. Untuk lebih jelasnya, cek di sini yuk: Berat Badan Ideal Sesuai Umur Anak

Referensi:

  • KEMKES. Obesitas pada Anak dan Penyakit yang Mungkin Timbul. Diakses pada tanggal 30 November 2023. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/16/obesitas-pada-anak-dan-penyakit-yang-mungkin-timbul
  • KEMKES. Klasifikasi Obesitas setelah pengukuran IMT. Diakses pada tanggal 30 November 2023. https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/klasifikasi-obesitas-setelah-pengukuran-imt
  • Cleveland Clinic. Childhood Obesity. Diakses pada tanggal 30 November 2023. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9467-obesity-in-children
  • Mayo Clinic. Childhood Obesity. Diakses pada tanggal 30 November 2023. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/childhood-obesity/symptoms-causes/syc-20354827