Cara Mendidik Si Kecil Saat Terlibat Pertengkaran

Morinaga Platinum ♦ 6 Januari 2020

Cara Mendidik Si Kecil Saat Terlibat Pertengkaran

Mendidik anak untuk bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya, itu penting dilakukan sejak dini. Bunda bisa mulai mendorong Si Kecil untuk bermain bersama dengan teman sebayanya. Semakin ia sering bermain dengan teman sebayanya, maka kemampuan bersosialisasinya pun semakin terasah.

Apabila dalam proses bersosialisasinya Si Kecil berkelahi dengan temannya, itu wajar, kok. Maklum, anak usia 3-5 tahun masih memiliki egosentris yang tinggi dan tidak bisa memahami jika orang lain memiliki pemikiran yang berbeda dengan dia. Hal sepele seperti meminjam mainan pun bisa jadi pemicu pertengkaran mereka.

Kapan butuh campur tangan Bunda saat Si Kecil bertengkar dengan teman sebayanya?

Menurut Dr. Peter Coleman, Ph.D., seorang professor psikologi dan pendidikan di Columbia University, ada orangtua yang sengaja tidak ikut campur tangan agar anak-anak belajar untuk menyelesaikan sendiri. Namun, ada juga orangtua dengan tipe mendidik anak yang dikenal dengan istilah helicopter parenting. Tipe helicopter parenting ini merujuk pada orangtua yang selalu ada di sekitar anak seperti helicopter mengawasi segala aktivitas Si Kecil. Meski membuat segalanya terkendali, model ini berpotensi Si Kecil akan bergantung pada orangtua. Kalau menurut Dr. Coleman, sebaiknya hal tersebut dilakukan dengan seimbang. Bunda bisa ikut campur tangan bila dirasa perlu, misal anak-anak mulai menggunakan benda atau mainan untuk saling pukul dan Si Kecil harus terlibat dalam penyelesaian masalah tersebut. Tapi, ada saatnya Bunda membiarkan hal tersebut, beri kesempatan agar Si Kecil berusaha memecahkan masalahnya sendiri.

Meskipun ikut campur tangan dalam mendidik anak itu penting, jangan sampai Ayah Bunda melakukan pendekatan strict parenting agar tetap dapat memberikan ruang bagi anak untuk belajar mandiri dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalahnya. Pelajari lebih lanjut tentang ciri strict parents dan dampaknya pada anak berikut ini: Ciri-ciri Strict Parents serta Kelebihan dan Kekurangannya. 

Mengingat perselisihan Si Kecil dengan teman sebayanya merupakan bagian dari proses belajar keterampilan sosialnya, maka dibutuhkan sikap yang tepat untuk menghadapi situasi seperti ini. Bunda bisa mengikuti tips berikut untuk menghadapi Si Kecil yang terlibat peselisihan dengan teman sebayanya.

Tips saat Si Kecil berselisih dengan teman sebayanya

  • Beri pengertian dan ajari Si Kecil untuk berempati

Seringkali Si Kecil merasa dirinya paling benar tanpa memikirkan perasaan atau kondisi temannya. Untuk itu, Si Kecil butuh bantuan Bunda untuk mengerti bahwa temannya mungkin kesal karena cemburu dan sedih karena temannya tidak memiliki mainan yang sama. Bunda juga bisa mengajak Si Kecil untuk berempati dengan mencoba mengidentifikasi jika ia berada dalam kondisi yang sama seperti temannya tersebut. Hal ini akan membantu Si Kecil untuk tidak selalu merasa benar dan bisa lebih berempati dengan perasaan orang lain.

  • Bertanya untuk mengidentifikasi pemicunya

Bunda bisa meminta Si Kecil untuk menceritakan kronologi konflik tersebut bisa terjadi. Dengan begitu, Bunda bisa membantu untuk mengurangi risiko mereka berkelahi dengan fisik ataupun bantu turunkan emosinya. Bunda juga bisa memberi tahu Si Kecil untuk membahas masalah yang terjadi setelah beberapa hari kemudian. Si Kecil bisa mengajukan pertanyaan, misalnya: “kemarin kamu marah sama aku ya, kenapa?” Tindakan ini dapat membantu meredakan amarah dan memberi kesempatan temannya untuk menjelaskan perasaannya serta membantu Si Kecil mengetahui akar permasalahannya.

  • Ajari Si Kecil untuk minta maaf dan berani mengakui kesalahan

Ini bukan hal yang mudah, bahkan untuk orang dewasa. Tapi, bantu Si Kecil untuk berani mengakui kesalahannya dan dorong agar ia juga berani menyampaikan pendapat atau alasannya saat ia melakukan kesalahan.

Mengajari Si Kecil untuk minta maaf sebaiknya tidak hanya teori tapi butuh dipraktekkan. Kalau menurut Dr. Coleman, anak-anak itu ibarat spons yang akan menyerap dan mengadopsi apa yang dilakukan orang dewasa. Biarkan Si Kecil melihat, saat Bunda melakukan kesalahan Bunda pun berani mengakui dan meminta maaf.

Setelah tahu tipsnya, Bunda bisa segera mempraktikkan untuk mendidik Si Kecil menjadi anak dengan karakter yang baik. Dengan begitu saat ia dewasa, karakter yang telah dibentuk ini akan menjadi modal Si Kecil dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah bahkan di lingkungan kerjanya kelak. Jadi, tetap semangat ya Bun untuk mendidik Si Kecil menjadi pribadi dengan karakter baik dan menyenangkan.