Kondisi bayi kuning biasanya muncul 2-3 hari setelah kelahiran Si Kecil. Biasanya, kondisi ini merupakan hal yang wajar. Namun dalam beberapa kasus, kondisi ini menggambarkan hal yang serius. Oleh sebab itu, Bunda tidak bisa membawa Si Kecil pulang ke rumah setelah persalinan, karena Si Kecil masih membutuhkan terapi sinar.
Melansir Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jaundice atau penyakit kuning disebabkan meningkatnya kadar bilirubin dalam darah atau hiperbilirubin. Maka, kulit Si Kecil berwarna kuning akibat adanya penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan darah.
Baca juga: Manfaat Spa Bayi untuk Tumbuh Kembang Si Kecil
Bilirubin merupakan suatu zat kuning yang dihasilkan dari proses penghancuran sel darah merah secara alami. Kondisi ini memang sering menyerang bayi baru lahir, karena fungsi hatinya belum berfungsi secara maksimal. Seiring dengan berkembangnya fungsi organ hati dan meningkatnya asupan bayi, maka penyakit kuning akan berangsur hilang dengan sendirinya.
Selain dari meningkatnya kadar bilirubin, bayi kuning juga dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut:
Tapi, tahukah Bunda bahwa bayi kuning dapat terjadi karena kekurangan ASI? Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami kenaikan bilirubin yang biasanya disebut dengan breastfeeding jaundice dan breast milk jaundice. Penyebab terjadinya kondisi tersebut disebabkan kurangnya asupan ASI, karena ASI mulai keluar 2-3 hari setelah melahirkan dan produksinya pun belum terlalu banyak.
Pada umumnya, bayi yang terserang penyakit kuning akan menunjukkan ciri-ciri seperti di bawah ini:
Untuk mengetahui apakah Si Kecil mengalami penyakit kuning atau tidak, Bunda bisa menekan dengan lembut di bagian dahi atau hidung Si Kecil. Jika setelah itu kulit yang ditekan tampak menguning, mungkin Si Kecil mempunyai penyakit kuning atau ikterus neonatorum tingkat ringan.
Selain itu, bayi kuning juga terbagi ke dalam dua jenis, yaitu fisiologis dan patologis. Melansir klikdokter.com, bayi dikatakan mengalami jaundice fisiologis apabila muncul pada usia 2-3 hari dan hilang pada hari ke-7 dan kadar bilirubin total tidak lebih dari 5mg/dL.
Pada umumnya, kondisi fisiologis disebabkan oleh adanya peningkatan produksi bilirubin di dalam tubuh karena usia sel darah merah yang relatif lebih pendek, dan konsentrasi Hb yang tinggi pada bayi baru lahir menurun pada awal kehidupan. Kemudian, kondisi ini diakibatkan oleh menurunnya ekskresi bilirubin. Kondisi ini disebabkan karena sistem organ hati pada bayi belum bekerja secara sempurna.
Sementara jaundice patologis terjadi apabila bayi lahir prematur. Warna kuning pada kulit bayi akan muncul di awal kehidupannya serta bertahan hingga usia lebih dari 7 hari, dan kadar bilirubin Si Kecil akan meningkat diatas 5mg/dL per harinya. Keadaan jaundice patologis terjadi pada keadaan infeksi berat atau sepsis, atresia bilier atau saluran empedu tidak terbentuk sempurna, dan infeksi TORCH.
Melansir IDAI, bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan kadar bilirubin di atas 5mg/dL pada minggu pertama kehidupannya. Peningkatan kadar bilirubin tersebut berkaitan dengan meningkatnya produksi bilirubin, kurangnya albumin sebagai alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
penyakit kuning yang tidak normal terjadi sebelum bayi berumur 24 jam dan bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan. Biasanya bayi kuning yang tidak normal disertai dengan suhu yang tidak stabil, malas menyusu, muntah, penurunan berat badan yang cepat, sesak nafas, gagal nafas, dan penurunan kesadaran.
Hal terburuk yang mungkin terjadi dari tingginya kadar bilirubin adalah kernicterus. Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan otak, yang ditandai dengan kejang, penurunan kesadaran, ketulian, dan bahkan kematian.
Pada dasarnya, penyakit bayi kuning tidak memerlukan perawatan khusus karena dapat hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kadar bilirubin tinggi dalam darah bayi, maka diperlukan penanganan khusus dari dokter seperti:
Bunda dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakit kuning bayi dengan memberikan ASI eksklusif. Pastikan Bunda menyusu Si Kecil selama 2 jam sehari atau 8 hingga 12 kali dalam sehari. Pasalnya, sering menyusu dapat menurunkan kadar bilirubin karena Si Kecil harus mengeluarkan feses, sehingga penyerapan bilirubin dalam usus jadi berkurang.
Dengan meningkatkan asupan ASI, Bunda juga dapat mengatasi breastfeeding jaundice. Dalam hal ini, Bunda harus bersabar dan memberikan kesempatan pada Si Kecil untuk menyusu lebih lama, karena ASI dan kolostrum akan cepat keluar apabila dirangsang dengan isapan bayi secara terus-menerus.
Penyebab breastfeeding jaundice masih belum diketahui dengan jelas hingga saat ini. Namun, kondisi ini diyakini berhubungan dengan pemberian ASI dari orang tertentu dan akan timbul pada setiap bayi yang disusuinya.
Selain itu, breast milk jaundice juga bergantung pada kemampuan bayi dalam memetabolisme bilirubin indirek. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab breast milk jaundice adalah belum siapnya flora normal di dalam usus bayi atau adanya peningkatan konsentrasi asam lemak bebas di ASI.
Apabila kadar bilirubin pada bayi masih tinggi, maka dokter akan memutuskan untuk melakukan fototerapi atau transfusi tukar. Meski dokter melakukan tata laksana lanjut, ASI tetap harus diberikan dan tidak boleh digantikan dengan air gula, air putih, maupun susu formula.
Jika tubuh bayi terus menguning, biasanya dokter akan menyarankan fototerapi untuk membantu menyingkirkan kelebihan bilirubin dalam tubuh Si Kecil. Fototerapi merupakan proses mengubah bilirubin agar mudah diurai oleh hati dengan menggunakan cahaya khusus.
Fototerapi dilakukan dengan menyinari tubuh Si Kecil dengan lampu bili-light atau dengan bili-blanket. Selama proses terapi, kedua mata bayi akan ditutup dan tubuhnya akan dibiarkan telanjang supaya seluruh tubuh Si Kecil terkena sinar dari fototerapi tersebut.
Sinar dari fototerapi ini akan diserap oleh kulit bayi yang akan membantu mengubah bilirubin ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibuang oleh tubuh bayi melalui urine.
Exchange transfusion atau transfusi tukar merupakan proses pengeluaran darah bayi menggunakan kateter yang ditempatkan di pembuluh darah dan diganti dengan darah dari pendonor yang mengandung kadar bilirubin normal.
Baca juga: Waspadai Tanda Ini untuk Cegah Risiko Berbahaya Diare pada Bayi
Berdasarkan studi dari The New England Journal of Medicine, prosedur ini jauh lebih efektif dan minim efek samping untuk mengobati penyakit kuning pada bayi.
Demikianlah penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasi bayi kuning. Apabila penyakit kuning pada Si Kecil tak kunjung hilang, dan disertai dengan demam, menolak menyusu, atau bayi tampak lemas, maka Bunda perlu segera membawa Si Kecil ke dokter spesialis anak untuk penanganan lebih lanjut. Semoga artikel ini bermanfaat ya, Bun!
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Bayi Kuning: Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Mengatasinya
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?