Keterampilan sosial termasuk ke dalam modal dasar Si Kecil mengarungi kehidupan di masa mendatang. Keterampilan sosial dapat menunjang kesuksesan Si Kecil sehingga Ayah dan Bunda harus bisa membentuk kemampuan tersebut dengan baik.
Sudah menjadi anggapan umum bahwa melibatkan Si Kecil ke dalam lingkungan yang banyak teman sebayanya akan membuat ia lebih aktif dan matang secara sosial. Namun, tidak disangka anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, lho.
Sebuah riset dilakukan oleh Stanford University dan University of California dengan melibatkan 1.400 anak. Ternyata, riset tersebut memerlihatkan bahwa banyak orang tua mengeluhkan perilaku negatif anak setelah mereka mengikuti keseharian di tempat penitipan anak. Semakin awal seorang anak bergabung di dalam tempat penitipan anak sebayanya, anak tersebut semakin berpotensi memiliki masalah perilaku di kemudian hari.
Apakah perilaku negatif Si Kecil tersebut muncul sebagai akibat ia jauh dari Ayah dan Bundanya? Tidak. Si Kecil yang menghabiskan waktu keseharian bersama pengasuh atau kakek-neneknya ternyata tidak mengalami perubahan perilaku signifikan menjadi lebih negatif. Padahal, sama-sama berada jauh dari orang tuanya.
Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Si Kecil, sesuai kodratnya, memiliki respons atau perilaku yang belum tentu seperti seharusnya. Si Kecil bergerak mengikuti nalurinya, bukan atas pertimbangan seperti orang dewasa. Contohnya, Si Kecil sangat mungkin mengambil semua buku yang ia sukai tanpa bersedia berbagi dengan siapa pun. Atau dalam antrean toilet, saat rasa ingin buang air kecil sudah menggebu, bukan tak mungkin ia akan memotong antrean tanpa merasa bersalah. Kedua hal tersebut sebenarnya bisa dihindari jika Si Kecil sudah mendapatkan bekal yang cukup dari orang dewasa terdekatnya, yaitu Ayah dan Bunda.
Kira-kira nilai apa saja yang bisa memaksimalkan keterampilan Si Kecil? Ayah dan Bunda, sebagai orang terdekat, tentunya berperan penting dalam mengembangkan keterampilan sosial Si Kecil. Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian saat mengajarkan anak mengenai keterampilan sosial:
Kadang-kadang Si Kecil masih belum bisa mengungkapkan dengan jelas apa keinginannya. Contohnya, ketika ada anak lain mendekati dan ingin mengajak Si Kecil bermain, Ayah dan Bunda bisa menjelaskan kepada Si Kecil kalau anak tersebut ingin bermain bersamanya. Dengan demikian, Si Kecil mendapatkan contoh cara berkomunikasi yang jelas dan efektif.
Saat Si Kecil menghadapi masalah, tantang dirinya untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Tanyakan kira-kira solusi apa yang tepat kemudian dengarkan seksama dan bantu koreksi hal-hal yang tidak mungkin dilakukan. Contohnya, untuk kasus berebut mainan, biasanya anak akan mengusulkan agar dibelikan mainan yang sama. Stimulasi yang dilakukan terus menerus akan membuat Si Kecil kritis dan kreatif memikirkan solusi.
Libatkan Si Kecil dalam diskusi keluarga dengan topik sederhana. Ia akan belajar mengemukakan pendapat, bergantian mendengarkan orang lain bicara, serta belajar mengenai adil. Dengan cara tersebut, Si Kecil dapat memahami bahwa orang lain juga memiliki hak, sama seperti dirinya.
Biasanya Ayah dan Bunda tidak merasa kalau komunikasi yang terjadi dengan Si Kecil hanya satu arah. Ubah kebiasaan tersebut. Belajar untuk mendengarkan pendapat Si Kecil dengan baik. Ini akan mengajarkan Si Kecil bagaimana caranya mendengarkan orang lain.
Dengan membekali Si Kecil keterampilan sosial yang baik, ia akan lebih mudah diterima oleh lingkungan dan mampu menyelesaikan masalah.
Konten Belum Tersedia
Mohon maaf, halaman untuk artikel Asah Maksimal Keterampilan Sosial Si Kecil
belum tersedia untuk bahasa inggris. Apakah Bunda dan Ayah ingin melihat artikel lainnya dengan kategori yang sama ?